Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo dan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran tampak berpelukan. Foto: tangkapan layar video yang beredar di grup awak media/jpnn
JAKARTA. Pewartasatu. com – Kasus tewasnya Brigadir Pol Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J benar-benar membetot perhatian masyarakat. Kasusnya sederhana, Tapi pengungkapannya sulit.
Dua minggu persis setelah nyawa anggota Bhayangkara itu direnggut, siapa tersangkanya belum juga dapat dipastikan.
Mengomentari hal ini, pengajar Fakultas Hukum Unissula Semarang, Dr Muhammad Taufiq, SH, MH, mengatakan, kasus ini sebenarnya sederhana kalau sejak awal polisi berorientasi pada penegakan hukum.
“Menegakkan keadilan, tentu tidak akan sesulit ini,” ujar Taufiq, mengkritisi jalannya pengusutan kasus ini,
Dia menyebut kasus ini betul-betul menjadi ujian bagi Polri, baik dari sisi penegakan integritas maupun menjaga kepercayaan rakyat.
“Jangan sampai membuat masyaraat takut. Artinya jangan sampai muncul anggapan, korban yang ,polisi saja sulit mendapat keadilan, bagaimana dengan masyarakat?”
“Polisi saja tidak bisa mengungkap siapa sebenarnya yang membunuh polisi. Kita yang orang awam jadi takut,” kata Presiden Asosiasi Ahli Pidana ini melalui keterangan tertulis, Jumat 22 Juli 2022.
Dalam kaitan ini Taufiq mengusulkan agar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga menonaktifkan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.
Sebelumnya, Kapolri sudah menonaktifkan tiga petinggi Polri dari jabatannya yakni Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Kabiro Pengamanan Internal (Paminal) Polri Brigjen Hendra Kurniawan, dan Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdy Susianto.
“Saya mendukung Kapolri mencopot Hendra dan Budhi. Saya mengusulkan agar Kapolri juga mencopot Fadil (Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran) karena dia jadi titik tidak netralnya penanganan perkara ini,” ungkap Taufiq.
Menurutnya, sejak awal kasus itu seharusnya Kapolda Metro Jaya sudah tahu karena tidak mungkin jajaran Polres Metro Jakarta Selatan tidak melaporkan adanya kejadian tersebut.
Dia juga mencatat kasus ini baru dibuka ke publik selang tiga hari pasca kejadian, dan ini tak lepas dari tanggungjawab Kapolda Metro Jaya.
Lebih jauh Taufiq mempersoalkan pertemuan antara Fadil Imran dengan Ferdy Sambo di saat kasus itu bergulir.
Kalau itu adalah bentuk simpatik, harusnya yang dikunjungi adalah keluarga Brigadir J. “Yang seperti ini gak boleh, itu bukan cuma pelanggaran etika, aturan kepolisian pun melarang hal seperti itu,” ungkapnya.
Ia mengatakan tidak fair jika bawahan langsung Fadil Imran yakni Kapolres Metro Jakarta Selatan sudah dicopot, sementara hal yang sama tidak dilakukan pada Fadil.
“Ini menandakan kepolisian mau bersih-bersih. Kalau mau bersih-bersih jangan tanggung-tanggung, Fadil Imran juga harus dicopot,” tegas Taufiq.
Menurutnya, Fadil Imran telah melakukan kesalahan besar, seperti tidak segera memasang police line di TKP, tidak melakukan penyelidikan, tapi justru malah bertemu dengan Ferdy Sambo dan berpelukan.
Ia pun mendukung pihak keluarga Brigadir J yang menyebut kasus tersebut adalah kasus pembunuhan, karena penuh dengan kejanggalan-kejanggalan. Ia juga menyebut kasus ini adalah kasus yang gampang diungkap dalam waktu 1×24 jam.
“Ini jadi tanda tanya besar, kenapa ada Kapolres yang dicopot, kenapa ada petinggi Polri yang dicopot? Ini kan ada some happen, whats wrong, apa ada yang salah, kenapa sampai dicopot? **