Foto:Istimewa
Pewartasatu.com – Bukan lantaran terkipat oleh sebuah ritual yang berbau kemenyan sebuah kematian selalu dikenang. Bukan pula kerena keper gian beliau begitu cepat meninggalkan kita lantas bersedu sedam mengiringi kepergianya.
Tapi sudah sejauh mana watak kecintaan beliau ke tanah leluhur Sulit air dan kedekatan batinnya sebagai seorang penghulu yang begitu menyatu padu dengan anak kemenakannya perlu dicontoh tauladani kedalam tingkah laku kita sehari-hari, terutama sekali bagi Penghulu dan para calon penghulu dengan gelar kebesaran datuk.
Begitu rapuhnya kehidupan ini bagai balon yang tengah ditimang oleh anak anak. Begitu tak terduganya sosok maut selalu mengintai dan menghampiri kehidupan ini.
Melacak sejarah perjalanan AA Dt Tumenggung dalam memimpin anak kemenakannya membuat hati berdecak-decak kagum. Terkesiapnya hati lantaran keseharianya dikenal sebagai seorang yang tegas dan keras sesuai dengan latar belakangnya sebagai prajurit.
Namun, dikala beliau berada di tengah-tengah anak kemenakanya, sifat tegas dan keras itu berobah seratus delapan puluh derajat menjadi sosok yang berhati lembut dan riang. Betapa senyum manisnya membikin teduh hati anak kemenakannya.
Tutur sapanya begitu akrap merangkul anak kemenakanya sehingga terlihat suasana kekeluargaan begitu harmonis lantaran setiap menyapa selalu diselingi dengan kerling senyum yang begitu manis.
Dengan ketulusan hati beliau merangkul anak kemanakannya akhirnya sang anak kemenakan merasa teduh dan tentram berada dibawa payung kebesarannya.
Dalam catatan saya selama bergaul dengan beliau, ada dua sifat yang dimiliki oleh AA DT TUMENGGUNG untuk bisa ditauladani oleh kita bersama sebagai anak nagari dan para penghulu.
Pertama, rasa cinta beliau ke tanah kelahi ran Sulit air. Kedua, kedekatan batin beliau sebagai penghulu terhadap anak kemena kannya.
Akhirnya saya tutup tulisan ini dengan doa kehadirat Allah swt
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
وَأَكْرِمْ نُزُولَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ
بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَس وَأَبْدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ
وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا
وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثاَنَا.
اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى
اْلِإسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى
اْلِإيْمَانِ. اَللَّهُمَّ لَاتََحْرِمْنَا أَجْرَهُ
وَلاَ تَُضِلَّنَا بَعْدَهُ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
أَمِِيْن يَا رَبَّ العَالَمِينَ*
Bandung, jum’at, 8 Mei 2020