Pewartasatu.com, Jakarta – Mantan Kapten Rhosus, Boris Prokoshev mengaku aneh mengetahui amonium nitrat yang diangkutnya 2013 lalu meledak di Beirut, Libanon.
Pria 70 tahun itu tahu kabar tersebut setelah menerima surel. Sekitar 2.750 amonium nitrat yang dibawa oleh kapal yang ia pimpin meledakkan sebagian wilayah Beirut pada Selasa (4/8).
“Saya tidak mengerti apa-apa,” ujarnya kepada Associated Press di Verkhnee Buu, 1.300 kilometer selatan Moskow, Rusia, Kamis (6/8).
Surel itu dikirim oleh seorang jurnalis dengan judul MV Rhosus, nama sebuah kapal yang sempat ia pimpin dalam pelayaran yang tidak pernah menggajinya.
“Saya membuka kotak masuk saya dan melihat ada surel tentang Rhosus. Saya pikir mungkin mereka mengirimi saya uang, gaji saya,” katanya.
Rhosus berlayar dari pelabuhan Laut Hitam Georgia di Batumi dengan tujuan akhir pelabuhan Beira di Mozambik.
Amonium nitrat yang diangkut Rhosus rencananya akan dikirim ke Fábrica de Explosivos de Moçambique, sebuah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan bahan peledak Portugis, Moura Silva e Filhos.
Mengimpor amonium nitrat adalah hal biasa di Mozambik, baik untuk membuat pupuk atau untuk digunakan sebagai bahan peledak di tambang dan lubang batu bara.
Namun kapal Rhosus harus berhenti di Beirut untuk mencari uang tambahan karena pemilik kapal, Igor Grechushkin sedang berutang.
Pemilik kapal berharap mendapatkan uang tambahan di Libanon dengan mengambil beberapa alat berat. Tapi muatan tambahan itu terbukti terlalu berat untuk dibawa Rhosus dan para kru menolak menerimanya.
Rhosus pun disita oleh otoritas Libanon karena gagal membayar biaya pelabuhan dan kapal itu tidak pernah meninggalkan pelabuhan tersebut.
Igor membeli kapal kargo itu pada 2012 dari pengusaha Siprus Charalambos Manoli. Menurut juru bicara kepolisian Siprus Christos Andreou, Igor telah diinterogasi oleh polisi atas permintaan kantor Interpol Libanon namun dia belum ditahan.
Prokoshev dan tiga awak lainnya terpaksa tetap berada di kapal karena larangan imigrasi. Mantan kapten itu mengatakan mereka terjebak di kapal selama sebelas bulan dengan makanan dan persediaan lainnya yang semakin menipis. Dia juga menuturkan Igor meninggalkan mereka tanpa membayar gaji atau utangnya ke pelabuhan.
Prokoshev mengatakan pelabuhan Beirut memberi mereka makanan karena kasihan.
Di beberapa titik, Prokoshev menjual sebagian bahan bakar dan menggunakan uangnya untuk menyewa pengacara, hal itu membuat kru kapal dibebaskan dengan alasan belas kasih pada 2014.
Kemudian muatan kargo itu dipindahkan ke gudang pelabuhan setelah kru meninggalkan kapal dan kembali ke Ukraina pada 2014.
Menurutnya, kapal tersebut tenggelam beberapa tahun setelah mereka pergi. Rhosus memiliki lubang di lambung kapal dan para kru harus memompa air secara teratur agar tetap mengapung.
Namun Charalambos Manoli, pengusaha Siprus pemilik Rhosus sebelum Igor membelinya, mengklaim kapal itu tetap berlabuh di Beirut dan hancur dalam ledakan pada Selasa (4/8). Manoli mengatakan dia melihat reruntuhan kapal di foto pelabuhan yang hancur.
Ledakan itu menimbulkan kemarahan di Libanon terhadap pihak berwenang yang membiarkan amonium nitrat itu disimpan selama bertahun-tahun. Prokoshev ikut bersimpati kepada korban.
“Sangat buruk (mengetahui) orang-orang meninggal, mereka tidak ada hubungannya dengan itu. Dan saya menyadari bahwa pemerintah Libanon yang menyebabkan situasi ini,” ujarnya.
2.750 ton amonium nitrat yang meledak di pelabuhan Beirut menewaskan 135 korban jiwa, melukai lebih dari lima ribu orang dan 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Sumber : CNN Indonesia