Pewartasatu, Jakarta – Twitter dikabarkan telah berdiskusi kepada pemilik TikTok di China ByteDance, untuk mengatakan akan minatnya terhadap operasi TikTok di AS.
Selain itu, ada kendala besar bagi Twitter sebelum mengesahkan kesepakatan tersebut, yakni perintah eksekutif Presiden AS Dinald Trump tertanggal 6 Agustus lalu. Perintah eksekutif itu melarang ByteDance untuk melakukan transaks di AS.
Karena, pemerintah Trump menganggap TikTok sebagai potensi ancaman keamanan Negeri Amerika Serikat, walaupun tidak ada bukti kongkrit yang menunjukkan bahwa ByteDance atau TikTok pernah membagikan data-data pengguna aplikasi tersebut di AS kepada pemerintah China. Manajemen TikTik menentang perintah eksekutif Trump, seperti yang dikutip dari CNBC, Minggu, (9/8).
Tidak hanya Trump, kendala berikutnya ialah Microsoft. Sudah tidak asing lagi bahwa manajemen Microsoft telah secara terbuka menyatakan sedang melakukan pembicaraan menajemen ByteDance terkait kemungkinan akusisi TikTok.
Dikutip dari reuters, Twitter bisa dikatakan masih jauh dari kepastian yang akan mampu mengalahkan Microsoft Corp dan menyelesaikan kesepakatan transformatif dalam 45 hari di mana Presiden AS Donald Trump telah memberi ByteDance untuk menyetujui penjualan, Minggu, (9/8).
Berita terkait Twitter dan TikTok sedang dalam pembicaraan pendahuluan dan Microsoft masih dipandang sebagai operasi aplikasi AS dilaporkan sebelumnya oleh WSJ (Wall Street Journal).
Selain itu, dalam sebuah unggahan di blog perusahaan yang tertanggal 2 Agustus 2020, CEO Google Satya Nadella mengaku telah berbicara dengan Trump mengenai kemungkinan akusisi TikTok yang akan mencakup operasional di AS, Australia, Kanada, dan Selandia Baru.