Salah satu peserta Lomba Dayung Festival Kampung Nelayan Tomalou. (Foto : Ist)
TIDORE, Pewartasatu.com — Menurunnya level pandemic Covid-19 kembali menggairahkan masyarakat untuk beraktifitas, di antaranya menggelar event pariwisata di berbagai darerah.
Satu di antaranya adalah yang berlangsung di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara dengan pergelaranĀ event tahunan Festival Kampung Nelayan Tomalou (FKNT) yang sempat tertunda selama setahun, akibat serangan covid yang melanda dunia.
FKNT mulai dihelat pada 5 Maret 2022 yang dirangkai dengan sejumlah kegiatan, salah satunya adalah lomba dayung.
Lomba dayung dilangsungkan di perairan Tomalou dimulai 6 Maret 2022 diikuti 89 tim peserta, terdiri dari 64 tim putra dan 25 tim putri.
Selain untuk menarik wisatawan lokal maupun internasional, lomba dayung Tomalou ini diharapkan melahirkan atlet berbakat.
Tomalou adalah kampung Nelayan yg terdiri dari beberapa Fam atau Marga antara lain Marsaoly, Conoras ,Sero Sero Tauisa dan Albanjar.
Konon, marga Albanjar/Albanjari berasal dari Banjarmasin yang merantau ke Tidore dan sudah beranak pinak di Tomalou.
Kelima marga ini adalah penduduk Kampung Tomalou yg terkenal dengan sifat gotong royong.
Kaum lelaki di kampung itu berpenghasilan sebagai nelayan, sedangkan kaum wanitanya bertugas mengolah ikan hasil tangkapanĀ kaum lelaki.
Ikan yang ditangkap kaum lelaki diolah menjadi fufu atau ikan asap kemudian diolah sebagai bahan makanan siap saji yang di Jual ke pasar atau melalui pedagang keliling.”
Ada juga warga Tomalou yang memilih untuk bertani tapi penghasilan utamanya adalah sebagai nelayan.
Sebagai penopang pekerjaan, masyarakat Tomalou harus memiliki perahu motor penangkap ikan yang terbuat dari kayu atau atau Viber.
Namun ketika krisis Moneter melanda Indonesia pada dekade 90-an, perahu-perahu motor ikan banyak yang terjual, karena penghasilan yang pengeluaran tidak seimbang terutama untuk untuk bahan bakar.
Tahun ini, gairah warga Tomalou kembali terpacu dengan menyelenggarakan FKNT ini.
Lomba dayung dalam event FKNT ini digelar untuk mempererat silaturahmi masyarakat Maluku Utara. Di samping itu, ini juga sebagai pengingat bahwa Tomalou dan sejumlah kampung lain di Maluku Utara adalah kampung nelayan. (jimas)