Featured MUTIARA RAMADHAN

Quraish Shihab: Puasa, Meraih Kecerdasan Intelektual, Spiritual, dan Emosional

Cendekiawan muslim penulis Kitab Tafsir Al-Misbah, Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), Muhammad Quraish Shihab. (foto: instagram/pewartasatu.com)

JAKARTA. Pewartasatu. com – Puasa merupakan ibadah yang mempunyai keistimewaan komplit.

Selain menyehatkan rohani dan jasmani, puasa juga dapat mengasah kecerdasan, baik spiritual, mental, dan intelektual.

Puasa bermula dengan tidak makan, tidak minum, dan tidak bercampur dengan pasangan sejak terbit hingga terbenamnya matahari.

Demikian ditegaskan pakar tafsir Al-Qur’an Muhammad Quraish Shihab melalui laman resminya qurasihshihab.com yang dikutip Ahad (12/5).

Menurut Prof Quraish, ibadah puasa seharusnya berakhir dengan tecerminnya semua sifat Allah―kecuali sifat Ketuhanan-Nya―dalam kepribadian seseorang.

Karena berpuasa adalah upaya meneladani sifat-sifat Tuhan sesuai dengan kemampuan manusia sebagai makhluk.

“Dengan upaya meneladani sifat-sifat Tuhan, seorang yang berpuasa melatih dan mendidik dirinya untuk meraih aneka kecerdasan.”

“Kecerdasan itu diraih melalui potensi–potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia adalah kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional,” jelas Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) ini.

Ibadah-ibadah selama puasa memiliki makna yang dalam. Jika dilakukan dengan betul dan sungguh-sungguh, maka manusia akan meneladani sifat-sifat Tuhan.

Penulis Kitab Tafsir Al-Misbah ini menyebut, kecerdasan spiritual melahirkan iman serta kepekaan yang mendalam. Fungsinya mencakup hal-hal yang bersifat supranatural dan religius.

Hal itulah yang menegaskan wujud Tuhan, melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperhalus budi pekerti, dan ia juga yang melahirkan mata ketiga atau indra keenam bagi manusia.

Sementara hawa nafsu selalu menganggu manusia dan mengajak kepada hal-hal bersifat negatif. Bahkan hawa nafsu bagaikan air laut. Semakin diminum, semakin mengundang haus.

“Atau bagaikan eksim, semakin digaruk, semakin nyaman, tetapi kesudahannya adalah luka yang terinfeksi, sehingga mengancam jiwa raga si penderita.”

Sumber: nu.or.id/120519

Leave a Comment