Cendekiawan muslim penulis Kitab Tafsir Al-Misbah, Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), Muhammad Quraish Shihab. (foto: instagram/pewartasatu.com)
JAKARTA.Pewartasatu.com – Puasa mengajarkan kepada umat Muslim bagaimana menjadi pribadi yang mampu menahan godaan dan amarah. Puasa disebut juga membina akhlak. Akhlak yang luhur menjadi perisai menghadapi rayuan dan godaan setan.
Berikut ceramah Prof. DR. Quraish Shihab, MA tentang puasa dan ketahanan yang dikutip dari website resmi Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2.
Rasul Saw bersabda:
إنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
“Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)
Di sini dapat dipertemukan makna perisai dengan akhlak yang luhur, manusia dalam hidup ini menghadapi banyak rayuan dan goadaan ada rayuan setan ada juga rayuan nafsu.
Setan selalu berusaha untuk merugikan Anda atau paling tidak menjadikan Anda tidak beruntung. Dialah yang menghiaskan kepada manusia hal-hal yang buruk sehingga terlihat indah.
Adapun nafsu, nafsu tidak pernah puas kecuali dengan memperoleh apa yang diharapkannya.
Nah keburukan nafsu dan setan itu dapat diatasi dengan puasa dan dari sini puasa seperti kita sampai dalam episode-episode lalu, kita katakan membina akhlak.
Dengan demikan, puasa menjadi perisai dan ketahanan bagi manusia menghadapi aneka rayuan dan godaan itu.
Mereka yang berpuasa yang mengendalikan nafsunya, mengeyahkan syaitan, akan selalu berakhlak dengan akhlak yang luhur. Itu sebagian dari makna dari sabda nabi tadi “puasa adalah prisai”.
Kita harus dapat memanfaatkan puasa untuk menciptakan ketahan itu. Yaitu ketahanan pribadi, ketahanan kelauarga, bahkan ketahanan bangsa dan negara kita. Semoga kita berhasil.
Saudara, untuk mencapai akhlak yang luhur kita harus menciptakan suasana yang kondusif.
Menciptakan keluarga sejahtra memerlukan peranan dari semua anggota keluarga, suasana akan sangat mempengaruhi bagi terciptanya akhlak kalau kita menjadikan puasa ini sebagai momentum untuk menciptakan akhlak yang luruh.
Maka itulah kesempatan yang sebaik-baiknya, untuk bahkan menciptakan ketahanan bangsa dan negara.
Keluarga adalah unit yang terkecil dalam suatu kesatuan, nah ada peranan yang dituntut dari ayah, ada peranan yang dituntut dari ibu, ada peranan yang dituntut dari anak, bahkan ada peranan yang dituntut oleh semua yang bearada dalam satu rumah tangga.
Peranan itu hendaknya kita sempurnakan dan kita jadikan puasa atau bulan ini sebagai momentum untuk menciptakan suasana tersebut.
Ciptakanlah suasana yang baik, Anda akan memperoleh yang baik. Jauhkanlah diri dari suasana yang buruk maka Anda akan terhindar dari keburukan.
Karena akhlak dipengaruhi atau akhlak adalah hasil dari lingkungan seseorang, lingkungan satu keluarga dan lingkungan masyarakat.
Saudara, sungguh ketika Nabi SAW mengajarkan untuk berakhlak luhur, dijadikanya antara lain tuntunan-tuntunan agama terbaca, terpraktekkan di dalam suatu keluarga, agar semua dapat berakhlak dengan akhlak yang baik, memiliki karakter dan kepribadian yang luhur.
Kita bisa menjadikan puasa ini sebagai suatu momentum dengan menciptakan suasana kondusif berbicara kepada keluarga, kepada anak, kepada istri dan kepada suami tentang nilai-nilai agama dan upaya mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Insya Allah dalam 30 hari puasa, kita akan terbisa, sehingga tercipta sesuatu yang menjadikan kita memiliki akhlak yang luhur. (bri)
Sumber: kabarlumajang.pikiran-rakyat.com/110421