Pewartasatu.com-Jkt, (5/12) – Kekisruhan baru di internal PPM karena model dan gaya konsolidasi organisasi putera pejuang, dilakoni ayahanda Veteran nampaknya semakin kisruh dan cenderung gagal.
Hal itu dikemukakan, anggota tim Deparnas PPM, Tigor Napitupulu pada acara pertemuan dan diskusi dengan anggota senior PPM di Jakarta Jumat (6/12).
Ayahanda Veteran turun untuk menata dan memperbaiki citra organisasi Pemuda Panca Marga (PPM) sejak tahun 2011 terjadi pelanggaran mekanisme dalam berbagai kegiatan keorganisasian.
“Tumpang tindih,” PPM nampaknya semakin berpotensi gagal untuk mengembalikan citranya sebagai komunitas anak pejuang di masa kepemim pinan pemerintahan oleh alm Bapak Soeharto.
Ia mengungkapkan, memper hatikan kewenangan LVRI selaku Pembina, diduga kini mendrive dan mencampuri konsolidasi internal yang merupakan tanggung jawab Ketua umum PPM.
Kegiatan Pemuda Panca Marga ( PPM) dalam berbagai pelantikan Caretaker PD-PPM di berba gai daerah, dirasuki oleh Ayahanda secara total tanpa mekanisme dan ketentuan yang ditetapkan, dalam AD/ART PPM.
Faktanya tindakan LVRI tersebut telah menimbulkan ketidakpastian di kalangan para kader militan PPM di daerah – daerah.
Perpecahan ini muncul akibat LVRI bersikap memihak atau tidak netral dalam merangkul semua unsur Putra Putri Pejuang Legiun Veteran Republik Indonesia.
Keberpihakan LVRI selaku Pembina hanya kepada Ketum PPM Hasil Munaslub 2019 yang notabene eksistensinya sedang dipertanyakan oleh berbagai fungsionaris PPM.
Pelantikkan ketua umum PPM oleh Pembina pada Munaslub awal minggu pertama September 2019 tanpa melewati proses Validasi dan Verifikasi (Valver) yang sudah disepakati.
Ada Valver untuk pengurus PPM, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah, menjelaskan bahwa yang bersangkutan, ” Biologis” berarti putra putri Veteran yang sesungguhnya.
Hal tersebut nampaknya dilangkahi dan menimbul kan kesan dan reaksi negatif dari kader-kader militan PPM di daerah-daerah, sehingga semakin luas muncul ketidakperca c
yaan pada Pembina Utama PPM.
Fakta-fakta ini semakin membuat konsolidasi dan perbaikan PPM yang dicita-citakan itu bagai “Layu sebelum Berkembang” atau kisruh berlama-lama.
Seharusnya LVRI menggelar forum-forum dialog secara luas untuk mencari formula musyawarah mufakat dengan tanpa memandang Kubu2an atau Friksi2 dalam segala lini PPM.
Hal ini untuk menetapkan solusi penyelesaian kemelut yang faktanya semakin kisruh.
” Jika Ayahanda terus bersikap otoriter dan menggunakan konsolidasi model saat ini, maka LVRI diminta pertanggung jawabannya secara moril di hadapan masyarakat umum di negara ini, ” kata Tigor Napitupulu, senior PPM sambil berharap kisruh ini cepar berlalu tutupnya. 004.