Pewartasatu.com – Jkt, (3/1) – Warga Jakarta sudah mulai lelah menghadapi banjir, kebakaran, demo, macet dan tawuran.
Selain itu kelelahan juga dirasakan ketika mengendarai roda dua maupun roda empat di jalan utama yang dilewati berbagai kendaraan kadangkala menerobos jalur busway.
Yang lebih melelahkan, menunggu busway di halte Lebak Bulus, misalnya kadangkala menunggu antrian busway, sementara penumpang dalam busway menunggu resah dan gelisah untuk keluar dari busway secepatnya.
Kendeaaan roda empat berjalan merangkak perlahan lahan karena macet pada beberapa ruas jalan dalam kota Jakarta, diiringi sepeda motor lainnya, melintas di jalan utama menyalip-nyalip di antara badan kendaraan roda empat dan menerobos busway.
Pengendara umumnya mengejar waktu untuk kerja maupun dinas, karena macet terpaksa menerobos masuk jalur busway, kadangkala tidak ada petugas amanlah.
Jika ada petugas, pengendara terpaksa pasang badan, menyerah karena melanggar, mau tidak mau harus di tilang.
Pelanggar yang terkena sanksi tilang dengan denda diduga seratus hingga sejuta rupiah berdasarkan Perda Pemda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, tetap di sidang.
Perda ini nampaknya sedikit sekali diketahui dan dipahami oleh warga Jakarta. Ketentuan tersebut harus dipatuhi, ujar petugas Sat Pol PP kepada Pewarta di lokasi banjir Jembatan Condet, Jakarta Selatan, Kamis (2/1).
Sambut tahun baru MK, Lain pula halnya dengan warga yang bermukim di sepanjang bantaran dan kali Ciliwung, menyambut tahun baru 2020, Rabu dinihari (1/1), pemukim setempat diterpa oleh banjir kiriman dari bogor, luapan yang tiba tiba, merendam rumah keluarga Jimmi, katanya sambil mengungsi ke Musala setempat, Rabu pagi (1/1)
Keluarga Jimmi dan tetangga lainnya bermukim dekat di bibir kali Ciliwung berada sangat dekat ke jembatan Condet satu.
Luapan yang tiba tiba sampai masuk ke dalam rumah rumah penduduk, membuat warga setempat pasrah, termasuk Jimmi dan keluarganya.
Warga yang terkena banjir berupaya menyelamatkan barang barang, mengungsi kesana kemari untuk menghindar dari rendaman air yang meluap agar tidak menderita korban banjir oleh ganasnya kiriman air banjir, ungkap Ibu Lenni sungguh.
Masa Fauzi Bowo
Jembatan Condet satu dibangun masa gubernur Fauzi Bowo nampaknya sangat bermanfaat bagi warga karena menghubungkan perbatasan kota adm Jakarta Timur dan kota adm Selatan Provinsi DKI Jakarta.
Akibat banjir, Rabu hingga Kamis, tanggal 1 – 2 Januari 2020, luapan air melanda wilayah Jabodetabek, yang berada di bawah koordinasi dan tanggung jawab Pemda DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
Menurut sumber BNPB, terdapat 300 titik lokasi banjir, dan diduga 30 warga meninggal karena arus listrik, kedinginan, dan jantungan.
Menurut pengamat perkotaan, Gembong Warsono, Tata kota salah satu penyebab meluasnya banjir dan tata ruangnya jorok karena Jakarta sudah berada di bawah laut, makanya menata Jakarta perlu penggusuran dan gila gilaan, ujarnya.
Agus Pambagyo, pengamat kebijakan publik mengungkapkan Tata Ruang diduga fokus kegiatannya ke proyek infrastruktur, SOP tidak dikerjakan. Resapan air, atau sumur resapan jika dikerjakan secara luas diduga akan dapat mengurangi banjir.
Mengatasi banjir
Ketua Koperasi Indonesia Adil Makmur, Dr Taufan, mengungkapkan, mengatasi banjir salah satunya, menjaga agar debit air tidak terlalu
Buka pintu air bertahap, katanya bukan disengaja air tinggi lalu dibuka, itu nama nya sengaja menciptakan banjir.
Taufan mengatakan, ada dua penyebab banjir, ke satu akibat cekungan, meskipun dataran tinggi tetap banjir karena cekung.
Kedua, karena kiriman air dari hulu, yaitu kawasan aliran sungai yang ini tergantung siapa menjaga dan apakah bisa mengendalikan atau mempermainkan pintu air ?
“Jika air bisa dikeluarkan dengan jumlah besar, maka air bisa dimasukkan ke bumi dengan jumlah besar pula,” ujar Taufan menjelaskan bahwa kedua unsur temuan penyebab banjir itu, sudah diterapkan oleh alm Cakra mantan Kepala Dinas PU di Kuta Bali.
Tambah
Bergeletakan barang barang korban banjir.Foto KiamNews
Berteori
Tambah Taufan, ” Kita tak perlu berteori lebih jauh, membuat reservoar karena bumi adalah reservoar sangat besar”
Temuan alm Cakra pernah didaftarkan tahun 2004, namun ” Hak paten” tak kunjung tiba dan tak bisa paten. Ia dengan membuat sumur dengan pompa, bertekanan, bisa memasukkan air tersebut ke bumi.
Buatlah sumur resapan (Reservoar) sepanjang sungai atau di daerah cekungan, ujar Taufan, agar musim hujan dan luapan air kiriman bisa diatasi.
Percobaan yang diterapkan oleh alm Cakra, membuat lokasi sumur resapan ( Reservoar) yang sudah ada di bawah kolam.hotel besar di kuta Bali. Bila luapan air mencapai ketinggian tertentu, otomatis Pompa akan bekerja otomatis.
Mampu atasi banjir
” Bila mampu mengatasi banjir, maka juga akan mampu mengatasi kekeringan di musim kemarau, ” ungkap mantan wagub DKI Jakarta Sandi Uno beberapa waktu lalu.
Penemuan sumur resapan oleh alm Cakra yang lulusan Hidrolog luarnegeri Inggris, berdasarkan pernah menjadi Kepala PU dan membuat reservoar Hotel Kartika di Kuta Bali, kini kawasan tersebut tidak pernah terendam, meskipun hujan.
Ternyata penemuan alm Cakra terlambat dipatenkan,
bahkan ada yang meniru, berhasil dan membuat paten diluar negeri.
Paten yang tidak diterima di negeri ini sudah membuat paten tersebut terbuka secara umum dan reservoar bisa atasi banjir dimanapun, demikian Dr Taufan.
Pemerintah pusat dan daerah secara terpadu mengatasi banjir dan kelelahan warga di wilayah Jabodetabek, dengan menerjunkan 25 ribu personil Polri ke 300 titik pemukiman yang terendam banjir. K003.