Pewartasatu, Bogor – Sebuah studi di Inggris telah menyatakan mengenai virus Corona dapat merusak otak.
Ahli dari University College London (UCL) mengatkan bahwa virus ini dapat menyebabkan masalah saraf otak seperti stroke, kerusakan saraf, dan pembengkakan otak fatal. Hal ini mungkin terjadi sekalipun pasien tersebut tidak menunjukkan gejala masalah pernapasan yang terkait dengan covid-19.
“Kita harus waspada dan mewaspadai komplikasi pada pasien covid-19,” kata kata penulis senior bersama Dr. Michael Zandi dikutip dari CNN Indonesia, (10/7).
Dia juga memperingatkan bahwa masih harus dilihat “apakah kita akan melihat epidemi dalam skala besar kerusakan otak yang terkait dengan pandemi.”
Studi yang dipublikasi dalam journal Brain melakukan penelitian terhadap 43 pasien yang dirawat di University College London Hospitals terhadap orang yang dikonfirmasi dan dicurigai terinfeksi virus corona dari bulan April-Mei.
Namun, untuk kasus ini harus ada penelitian lebih lanjut yang masih dibutuhkan untuk memahami pengaruh pandemi virus corona yang merusak otak dalam jangka panjang.
Di antara pasien ini, para peneliti menemukan 10 kasus “disfungsi otak sementara” dan delirium; 12 kasus peradangan otak; delapan kasus stroke; dan delapan kasus kerusakan saraf.
Sebagian besar pasien yang menunjukkan peradangan otak didiagnosis dengan kondisi spesifik, langka dan kadang-kadang mematikan yang dikenal sebagai ensefalomielitis disebarluaskan akut (ADEM). Sebelum pandemi, tim peneliti di London akan melihat sekitar satu pasien ADEM per bulan. Selama masa studi, jumlahnya naik menjadi setidaknya satu minggu.
Usia rata-rata bervariasi antara 16-85, dan menunjukkan berbagai gejala ringan hingga parah.
Seorang wanita berhalusinasi singa dan monyet di rumahnya. Lainnya melaporkan mati rasa di anggota badan atau wajah mereka, penglihatan ganda, dan disorientasi. Sedangkan satu pasien yang parah hampir tidak sadar, dan merespons hanya ketika kesakitan.
“Dokter perlu mewaspadai kemungkinan efek neurologis, karena diagnosis dini dapat meningkatkan potensi pasien selamat.”
“Mengingat bahwa penyakit ini baru ada selama beberapa bulan, kita mungkin belum tahu apa kerusakan otak jangka panjang yang dapat disebabkan Covid-19,” kata penulis bersama bersama Dr. Ross Paterson.
Sampai saat ini peneliti masih mencoba untuk mencari tahu mengapa virus corona bisa merusak otak. Satu teori, sebaliknya, adalah bahwa komplikasi secara tidak langsung dipicu oleh respon imun dari tubuh pasien – bukan dari virus itu sendiri.
Photo illustrasi otak dari Pexels|Meo|GoogleSearch