AHY Tak Paham Demokrasi, Partai Demokrat Di Ujung Tanduk

Simpatisan Jeriko yang berunjuk rasa menuntut penjelasan DPP PD tentang penetapan Ketua DPD PD NTT yang kalah dalam Musda sebagai Ketua DPD NTT. (Foto: Ist)

 

 

JAKARTA, Pewartasatu.com — Pemerhati Politik Emha Hussein Alphatani, Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (DPP PD) sudah menyia-nyiakan kesempatan untuk menaikkan elektabilitas dengan meraup suara terbanyak di daerah.

Kepada Pewartasatu.com, Rabu (9/3), Emha menyebutkan DPP PD di bawah kepemimpinan AHY bukannya tengah berupaya menaikkan elektabilitas namun sedang merobohkan bangunan yang namanya Partai Demokrat yang dibangun oleh 99 pendirinya dengan susah payah.

“Berbagai gejolak internal partai yang terjadi di seluruh tanah air, adalah indikator utama penghancuran Partai Demokrat yang sedang dilakukan oleh AHY beserta kroninya,” ujar Emha menanggapi kericuhan yang terjadi di beberapa daerah.

Emha mencontohkan pelaksanaan Musda Riau yang berujung ricuh sehingga melahirkan pernyataan mantan Ketua DPD Riau Asri Auzar bahwa pelaksanaan Kongres PD pada 2020 sama sekali tidak pernah membahas AD/ART sebagaimana lazimnya pelaksanaan sebuah Kongres.

“Asri Auzar dan pengikutnya ramai-ramai meninggalkan partai demokrat dengan membakar atribut partai,” ujar Emha.

Pemerhati politik ini juga menyoroti MUsda PD DKI Jakarta yang sarat dengan rekayasa oknum DPP dengan memberikan laporan palsu kepada AHY tetapi tidak ditanggapi serius oleh AHY.

Dalam Musda DKI tersebut, kata Emha, tercatat sejumlah DPC yang mengajukan calon ganda sebagai Ketua DPD. “Mestinya suara mereka gugur dalam Musda tersebut, tetapi tetap dianggap oleh DPP,” katanya.

Hal ini mengakibatkan ratusan kader PD DKI pernah menyatakan akan mengundurkan diri sebagai anggota partai.

Dia juga menyoroti Musda Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berjalan normal dan organisatoris, namun berujung pada pembegalan yang dilakukan oleh DPP PD atas hasil Musda.

“Mana bisa sebuah hasil Musda dianulir oleh kepengurusan di atasnya hanya karena DPP memiliki skenario tersendiri ? Dimana AHY menempatkan demokrasi sebagai salah satu slogan partai Demokrat ?” tanya Emha.

Untuk itu, saran Emha kepada AHY dan kroninya untuk mengentikan semua cara yang dipakai selama ini dan mengutamakan aspirasi kader PD di daerah.

Sebelumnya, dari Kupang dikabarkan simpatisan Jefri Riwu Kore (Jeriko) menyatakan akan membubarkan acara pelantikan dan pembekalan kader DPD Partai Demokrat NTT yang akan diselenggarakan pada Jumat 11 maret mendatang.

Aksi ini sebagai buntut sikap diam DPP Partai Demokrat yang belum memberikan klarifikasi atas hasil Musda Partai Demokrat NTT yang menetapkan Leo Lelo sebagai ketua padahal kalah perolehan suara.

Pernyataan tersebut disampaikan Koordinator Simpatisan Jeriko, Herison Arianto Kore melalui press realese yang diterima media ini, Selasa (8/3).

Heri menyampaikan bahwa selama Partai Demokrat tidak fair dan belum jelaskan dengan jujur kepada Simpatisan Jeriko, tentang kejanggalan hasil Musda IV DPD Partai Demokrat NTT.’

Penetapan Leo Lelo sebagai Ketua DPD yang notabene meraih suara minor, telah mencederai demokrasi yang selama ini diagungkan oleh kader partai demokrat.

Akibatnya simpatisan Jeriko akan tetap menolak dan lawan terus segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Partai Demokrat di Kota Kupang.

Aksi tersebut, menurutnya merupakan sebuah gerakan moral politik untuk melawan praktek buruk demokrasi yang dilakukan oleh partai politik yang tidak jujur.(ML)

Maulina Lestari: