Aswan Bayan (Foto: Ist)
Oleh : Aswan Bayan, Pemred Pewartasatu.com
Jika kita mempelajari dan menilai keefektifan setiap agama berdasarkan kebahagiaan dan evolusi manusia, maka kita akan mendapatkan bahwa tidak ada kenabian yang semaju, sekuat dan sesadar kenabian Nabi Muhammad SAW.
Islam dengan kitab suci Al-qur’an memberikan peranan penting di dalam kemajuan sosial, kesadaran diri, gerakan , tanggung jawab dan perjuangan manusia untuk menegakkan keadilan, idealisme, kreativitas, adaptabilitas terhadap kemajuan kemajuan ilmiah dan finansial dan orientasi terhadap kebudayaan dan masyarakat
Dalam waktu yang bersamaan kita mendapatkan bahwa selain kenabian Nabi Muhammad SAW tidak ada kenabian yang telah mengalami sedemikan banyaknya perusakan dan perubahan ke dalam representasi yang sangat berlainan dengan petunjuk al-qur’an dan as sunnah.
Seolah ada kekuatan yang berupa fasilitas fasilitas fisik dan penasehat penasehat cerdik yang secara terang terangan maupun diam diam telah menyewa sekelompok orang orang yang paling terpelajar dan kelompok yang terdiri dari filosof filosof sejarah, ahli ahli ilmu pengetahuan sosial.
Sosiolog sosiolog, psikolog psiokolog sosial, ahli ahli politik, ahli ahli ilmu pengetahuan humanistik, theolog theolog, para orientalis, ahli ahli di dalam study islam.
Para penafsir al-qur’an dan orang orang yang mengenal literatur islam, hubungan sosial kaum muslimin, tradisi kaum muslimin, kekuatan dan kelemahan kaum muslimin dan peran tokoh tokoh muslim tertentu untuk merombak doktrin islam melalui riset ilmiah yang seksama terhadap islam dan kaum muslimin.
Musuh musuh islam telah berhasil menciptakan perubahan perubahan tersebut dengan mempergunakan sebuah cara yang unik untuk melemahkan islam dan kaum muslimin.
Dari kuburan buku buku doa dan al-qur’an dibawa ke kota sedang dari kota buku buku doa dan alquran dibawa ke kuburan untuk dibacakan kepada ruh ruh orang yang sudah meninggal.
Pendekatan yang sama dilakukan di lembaga lembaga pendidikan. Alquran diambil dari siswa siswi yang mempelajari islam, kemudian disimpan di rak rak buku sebagai sebuah kitab suci yang harus dihormati.
Metode itu terus digaungkan sehingga umat islam dari muda hingga tua sampai saat ini, Al-quran dihormati sebagai kitab suci dan sekedar dibaca untuk mendapat pahala, akibatnya petunjuk yang terhampar dalam al-qur’an yang sedemikan sempurna tidak banyak diketahui oleh umat islam.
Pandangan tersebut disampaikan Dr. Ali Shariati pakar sosiologi islam dalam buku berjudul Hajj, edisi berbahasa inggris terbitan Free Islamic Literatures Incorporated. Bedford, Ohio 1978.
Dalam Al-qur’an , Allah SWT. menyatakan dengan tegas ; Al-qur’an ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al-baqara : 2 )
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kitab (al-qur’an) kepada hambanya dan Dia tidak menjadikannya bengkok ” (QS. Al-Kahfi ; 1).
“Sebagai bimbingan yang lurus untuk memperingati akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik ” (QS. Al-Kahfi ; 2).
“Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penjelasan dan contoh-contoh dari orang-orang terdahulu sebelum kamu dan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”
(QS. An-Nur ; 34).
” Inilah ayat-ayat Al-qur’an yang mengandung hikmah, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Lukman ; 1-2).
Sungguh ironis karena masih banyak umat islam yang belum mengambil pelajaran dari al-qur’an padahal hampir semua dimensi kehidupan manusia ada didalamnya.
Jika al-qur’an dibaca dengan artinya yang telah diterjemahkan para pakar alqur’an maka tidak ada satu ayat pun yang menyuruh kita untuk membacakan kepada ruh orang yang sudah meninggal.
Seluruh ayat diperintahkan kepada orang yang masih hidup, orang yang berakal untuk berperan sebagai khalifah dimuka bumi tapi kenyataannya dalam kehidupan umat islam telah terpengaruh propaganda para perusak ajaran islam.
Harapan kita semua bulan ramadhan 1443 H sebagai momentum bagi umat islam untuk kembali mempelajari al-qur’an dengan pengertian yang komprehensif agar bisa mengembalikan fungsinya dalam kehidupan kita sehari. Wallahu wa’lam bissawab