Anak Kelahiran 2020 Akan Alami ”Kutukan” Panas Bumi

Illustrasi. Anak anak dalam salah satu kegiatan organisasi Save the Children (foto: dok/CNN Indonesia)

Pewarta Satu — Laporan Save the Children memaparkan anak-anak kelahiran tahun 2020 akan merasakan suhu 7,7 kali lebih panas dibanding generasi kakek nenek mereka. Organisasi pemerhati hak anak tersebut mengatakan fenomena ini merupakan dampak dari perubahan iklim yang kian memburuk.

“Anak-anak yang lahir selama setahun terakhir telah dan akan merasakan suhu 7,7 kali lebih panas dibanding yang dialami oleh kakek-nenek mereka. Tak hanya itu, anak – anak juga akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai serta 1,9 kali lebih banyak mengalami kekeringan,” bunyi laporan Save The Children seperti yang diterima CNNIndonesia.com, Sabtu (30/10).

Berdasarkan data Save The Children, anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan menghadapi 7% lebih banyak kebakaran hutan, 26% lebih banyak gagal panen, 31% lebih banyak kekeringan, 30% lebih banyak banjir sungai, dan 65% lebih banyak gelombang panas jika pemanasan global tak ditangani.

Anak-anak generasi 2020 juga akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai serta 1,9 kali lebih banyak mengalami kekeringan.

Dampak krisis iklim juga membuat jutaan anak dan keluarga masuk dalam kemiskinan jangka panjang. Di Indonesia, anak-anak disebut akan merasakan 3,2 kali lebih banyak gagal panen dan juga minimnya akses terhadap skema perlindungan sosial.

CEO Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung, mengatakan krisis iklim global turut membawa dampak nyata dan dirasakan oleh anak-anak Indonesia saat ini.

Selina menuturkan dampak krisis iklim akan jauh lebih buruk dirasakan oleh anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.

“Hal ini disebabkan karena mereka sudah lebih dulu terpapar risiko yang jauh lebih besar tentang keterbatasan air, kelaparan, dan bahkan terancam menghadapi kematian karena kekurangan gizi,” tegas Selina.

Menurutnya, anak-anak di Indonesia akan menjadi salah satu pihak yang terkena dampak paling buruk dari krisis iklim.

“Tanpa tindakan yang segera, kita akan menyerahkan masa depan yang suram dan mematikan pada anak,” ucapnya.

Selina mengungkapkan bahwa masih terdapat waktu untuk mengubah memperbaiki kondisi tersebut, salah satunya menjaga kenaikan suhu hingga maksimum 1,5°.

“Jika bisa menjaga kenaikan suhu, beban antargenerasi pada bayi yang baru lahir berkurang 45% untuk gelombang panas; sebesar 39% untuk kekeringan; sebesar 38% untuk banjir sungai; sebesar 28% untuk gagal panen, dan sebesar 10% untuk kebakaran hutan,” ucap Selina. (Sumber: CNN Indonesia)

 

 

Brilliansyah: