Anis Matta Mengaku Saifuddin Zuhri Jadi Inpirasi Dia Ketika Mondok di Gombara

JAKARTA, Pewartasatu.com– Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta mengatakan, dalam suasana peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2020, ia teringat sebuah buku yang dibaca waktu nyantri di PP Darul Arqam, Gombara, Makassar, Sulawesi Selatan beberapa puluh tahun silam.

“Saya mengingatnya karena buku itu sangat menggugah. Judulnya ‘Guruku Orang-Orang dari Pesantren’ yang ditulis Saifuddin Zuhri, pejuang, wartawan, dan politisi. Ini buku lama, kalau tidak salah edisi pertamanya 1974 atau 1975. Saya senang karena saya baca di internet buku ini masih diterbitkan ulang sampai sekarang,” kata Anis dalam keterangan kepada awak media, Jumat (23/10).

Saifuddin Zuhri merupakan Menteri Agama masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru, yaitu 1962 – 1967. “Taqdir Allah menentukan salah satu anaknya juga kemudian menjadi Menteri Agama, yakni sahabat saya Lukman Hakim Saifuddin,” kata dia.

Menurut Anis, buku itu banyak mengambil inspirasi dari guru-guru yang pernah mengajar Saifuddin. “Dari situ juga sebenarnya kita bisa melihat bagaimana peran pesantren dalam membentuk jati diri bangsa,” ungkap Wakil Ketua DPR RI era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

Ditegaska Anis, Santri adalah elemen yang selalu menyertai perjalanan bangsa ini. “Krisis yang kini berlangsung adalah panggilan sejarah untuk para santri terjun ke gelanggang pengabdian yng lebih besar. Selamat Hari Santri, selama kita belajar, selama itu pula kita menjadi santri,” kata dia.

Sementara Ketua Bidang Hubungan Keumatan DPN Gelora Indonesia Raihan Iskandar mengatakan, peran ulama dan santri begitu besar dalam membangun persatuan dan kesatuan Indonesia yang religius dan berkarakter.

“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai disisi Allah dibandingkan mukmin yang lemah. Dan dari masa dahulu hingga kini jika ingin melihat generasi terbaik dan berupaya meraih cinta Allah SWT ada di kalangan Pesantren,” tegas dia. (fandy)

akhir Rasyid Tanjung: