Bahaya Makanan Cepat Saji untuk Kesehatan

JAKARTA, Pewartasatu.com – Selain praktis, fast food atau makanan cepat saji juga banyak digemari karena cita rasa enak dan harga makanan yang cenderung murah.

Namun, di balik kelebihan makanan cepat saji tersebut, Staf Pengajar Prodi S1 Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Lily Arsanti Lestari mengatakan bahwa makanan cepat saji tidak boleh terlalu sering dikonsumsi.

“Layak sih untuk dimakan tetapi jadi tidak sehat ketika dia dimakan tiap hari, misalnya, karena kebutuhan gizi kita harus seimbang,” kata Lily.

Lily mengatakakan, makanan cepat saji sebaiknya dikonsumsi sebanyak satu kali dalam satu atau dua minggu.

Jika terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji, ia menuturkan, kemungkinan akan timbul beberapa penyakit akibat mengonsumsi makanan cepat saji, seperti berikut ini

1. Obesitas
Lily mengatakan, terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan.

Hal itu disebabkan oleh kandungan gizi makanan cepat saji yang tidak seimbang dengan kebutuhan manusia.

“Karena tadi dia tinggi kalori, tinggi lemak, kemudian tinggi natrium, dari sisi kalori sama lemak itu nanti kita berpotensi kena obesitas dan lemak atau kegemukan,” kata Lily.

2. Hipertensi
Tingginya kandungan natrium dalam beberapa makanan cepat saji, menurut Lily, dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada seseorang.

“Kemudian penyakit sindrom metabolis yang lai, misalnya hiperlipid,” tutur Lily.

3. Diabetes
Lily mengatakan, penyakit obesitas yang disebabkan oleh seringnya mengonsumsi makanan cepat saji juga dapat memicu timbulnya penyakit lain. Salah satunya adalah diabetes.

“Itu (makanan cepat saji) kolesterolnya tinggi, bisa juga diabetes gitu, tergantung keparahan obesitasnya sampai mana,” jelas Lily.

“Jadi obesitas itu menjadi jalan masuk penyakit tidak menular yang lain, penyakit yang terkait metabolis sindrom,” lanjutnya.

4. Memicu risiko kanker
Selanjutnya, makanan cepat saji yang dibuat dari bahan tidak berkualitas baik, menurut Lily, bisa saja memicu risiko penyakit kanker pada seseorang.

“Kalau misalnya nih, minyak yang dipakai itu berkali-kali pemakaian, jadi minyaknya teroksidasi sehingga banyak radikal bebas di situ,” katanya,

Perusahana makanan cepat saji besar, ia sebutkan sudah ada standar operasional pengunaan minyak goreng.

Sayangnya, Lily mengatakan, saat ini cukup banyak gerai makanan cepat saji di pinggir jalan yang kurang memerhatikan kualitas bahan yang digunakan.

“Kalau memang minyaknya dipakai berkali-kali sampai hitam gitu, bisa juga dia memicu kanker karena di situ banyak radikal bebasnya,” jelas Lily.

Hal ini juga didukung dengan kurangnya konsumsi sayuran, yang sulit ditemui di makanan cepat saji. “Sayur itu kan fungsinya untuk menetralisir radikal bebas tadi karena ada antioksidannya,” pungkasnya.

Vonny Lumowa: