JAKARTA, Pewartasatu.com – Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong peningkatan pendidikan bagi pekerja migran Indonesia. Ia juga mengapresiasi dukungan pekerja migran Indonesia yang menyumbangkan sekitar 10 persen terhadap APBN, terbesar kedua setelah sektor migas.
Hal ini disampaikan Bamsoet saat memberikan sambutan pada Wisuda Kelompok Belajar (Pokjar) Universitas Terbuka Singapura secara virtual dari Jakarta, Minggu (16/7).
Karena itu, dosen sekaligus alumni S1 Hukum pada FHISIP Universitas Terbuka itu
mengatakan, kontribusi yang besar pahlawan devisa negara tersebut juga harus dibarengi dengan perlindungan dan pengembangan kapabilitas pekerja migran Indonesia.
“Saya mendukung upaya peningkatan kapabilitas pekerja migran Indonesia melalui pendidikan tinggi jarak jauh sebagaimana dilakukan Universitas Terbuka,” kata Bamsoet melalui keterangan tertulis, Minggu.
Menurut dia, berdasarkan laporan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), sebanyak 68 persen pekerja migran Indonesia adalah lulusan SD dan SMP.
“Kondisi ini berakibat terhadap keterbatasan pengetahuan mengenai hak dan kewajiban, sehingga berisiko menjadi pekerja migran Indonesia yang unprosedural (illegal), kurang memiliki masa depan yang lebih baik (better future), dan tidak memiliki kemampuan melawan ketidakadilan yang dialami selama bekerja di negara penempatan,” paparnya.
Untuk itu, lanjut dia, pengembangan kapabilitas pekerja migran Indonesia melalui jalur pendidikan adalah hal yang mutlak dilakukan. Bamsoet mendorong pengembangan kapabilitas pekerja migran Indonesia melalui pendidikan tinggi jarak jauh sebagaimana dilakukan Universitas Terbuka
Ia juga menyebutkan bahwa pada 2023 ini, UT memiliki jumlah mahasiswa aktif sebanyak 439.222 orang. Sebanyak 3.218 diantaranya berada di luar negeri yang tersebar di 55 Negara dan di 90 Kota.
“Sebagian besar mahasiswa UT yang ada di luar negeri adalah pekerja migran Indonesia, seperti mahasiswa UT yang ada di Singapura,” ucapnya.
Dosen Tetap Pascasarjana Program Doktor Hukum Universitas Borobudur itu mengakui bekerja sambil kuliah memang tidak mudah.
Tapi satu hal yang perlu diingat, bahwa pendidikan adalah investasi, yang bukan saja bernilai ekonomi, tetapi juga sebagai investasi untuk mendapatkan derajat yang lebih tinggi baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
“Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi kualitas hidup dan kesejahteraannya, dan juga memberikan banyak manfaat baik kepada diri sendiri, orang lain maupun bagi bangsa dan negara,” tutur Bamsoet.
Pada kesempatan itu, Bamsoet juga mengapresiasi dukungan para pekerja migran Indonesia yang menyumbangkan sekitar 10 persen terhadap APBN, terbesar kedua setelah sektor migas.
“Karena itu, kontribusi besar dari para pahlawan devisa negara tersebut juga harus dibarengi dengan perlindungan dan pengembangan kapabilitas mereka,” pungukasnya.(**)