Biarkan Anak Gaza Tetap menjadi Anak-Anak

JAKARTA, Pewartasatu.com -Lebih dari 130.000 anak laki-laki dan perempuan Palestina di Gaza telah bergabung dengan Kamp Musim Panas yang dijalankan oleh PBB. Summer Camp ini bertujuan untuk memberi mereka sejenak waktu untuk beristirahat dari tekanan hidup di sebidang tanah yang berada di bawah blokade ekonomi dan sering menjadi sasaran agresi Israel.

Anak-anak Palestina, termasuk anak-anak difabel, selama empat minggu akan berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan termasuk penghijauan, daur ulang, olahraga, menggambar, kerajinan tangan dan pembelajaran bahasa, kata lembaga tersebut.

Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan sebuah studi lembaga baru-baru ini menemukan bahwa 38 persen anak-anak di Gaza menunjukkan gejala gangguan fungsional yang memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. UNRWA sejauh ini telah menjalankan 284 sekolah di Gaza yang melayani sedikitnya 290.000 siswa.

“Yang paling penting adalah 130.000 anak mendapatkan kesempatan untuk menjadi anak-anak, terlepas dari situasi ekonomi, meskipun serangan masih berlangsung. Mereka tetap bisa datang ke program musim panas UNRWA dan menjadi anak-anak saja,” kata Thomas White, Direktur Urusan UNRWA di Gaza.

Warga Palestina telah mengalami beberapa agresi Israel sejak 2008, termasuk pertempuran lima hari pada bulan Mei, yang membuat pemulihan hampir tidak mungkin karena penyebabnya tetap tidak berubah, kata pakar lokal dan internasional.

Mereka menempatkan jumlah anak-anak yang membutuhkan bantuan kesehatan mental hampir seperempat dari 2,3 juta penduduk yang hidup di bawah blokade Mesir dan Israel yang melumpuhkan, mengontrol dan membatasi perbatasan Jalur Gaza.

“Saya datang ke sini untuk menghibur diri dari hal-hal yang telah saya alami, seperti agresi dan serangan yang saya saksikan. Saya mungkin tidak seperti anak-anak lain (di dunia) tetapi saya mencoba untuk tetap positif apapun yang terjadi, ” kata Joanna El-Halabi yang berusia 13 tahun kepada Reuters di salah satu sekolah di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara.

Kegiatan tersebut menciptakan sekitar 3.000 pekerjaan jangka pendek bagi pemuda Gaza, kata UNRWA. Didirikan pada 1949 setelah perang Arab-Israel pertama, lembaga ini menyediakan layanan publik termasuk sekolah, layanan kesehatan primer, dan bantuan kemanusiaan di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah, dan Lebanon.(**)

Sumber: Adara Relief Internasional

Maulina Lestari: