JAKARTA, Pewartasatu.com – Kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah yang diraih PT PLN (Persero) di tengah berbagai tantangan termasuk tekanan ekonomi global pada 2022 menjadi indikator perbaikan layanan PLN atas penerapan digitalisasi yang sangat masif di bawah kepemimpinan Dirut Darmawan Prasodjo.
Hal ini dikatakan Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov di Jakarta, Kamis (04/5/2023). “Digitalisasi layanan pelanggan melalui SuperApps New PLN Mobile telah membuat masyarakat semakin mudah dan cepat mendapatkan layanan listrik,” ujarnya.
“Saya pikir ini cukup relevan untuk mendorong peningkatan pelayanan masyarakat, sehingga berpengaruh pada penjualan listrik dan pendapatan perusahaan,” lanjutnya.
Lebih jauh ia mengatakan, dengan adanya program digitalisasi, PLN mampu mencatat pendapatan penjualan tenaga listrik sebesar Rp 311,1 triliun pada 2022 atau naik 7,7 persen dari Rp 288,9 triliun pada 2021.
“Selain itu, digitalisasi yang dilakukan PLN di berbagai lini bisnis juga telah menciptakan efisiensi perusahaan, sehingga dapat menekan berbagai pengeluaran dan menyumbang pada keuntungan perusahaan. Digitalisasi bisa menekan belanja baik di sisi hulu maupun hilir, seperti menekan biaya pokok produksi (BPP) listrik,” paparnya.
PLN sendiri juga mencatatkan laba bersih pada 2022 sebesar Rp 14,4 triliun atau 124 persen di atas target yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 6,4 triliun. Padahal, pada 2022 berbagai perusahaan harus melewati tantangan yang cukup berat, seperti kenaikan harga minyak dan batu bara serta tingginya angka inflasi dan fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika.
“Di tengah kondisi yang serba sulit tersebut, PLN justru mampu mencetak kinerja terbaik. Secara umum saya mengapresiasi torehan kinerja PLN dengan indikator perolehan laba bersih Rp 14,4 triliun, ini 124 persen di atas target dan cukup impresif. Kita tahu pada 2022, tantangan ekonomi global cukup berat artinya seluruh ujian tersebut dapat dilalui PLN cukup baik,” paparnya.
Abra juga mengungkapkan bahwa penjualan listrik PLN yang meningkat sebesar 6,3 persen dari 257,6 terrawatt hour (TWh) pada 2021 menjadi 273,8 TWh pada 2022, merupakan indikator pemulihan ekonomi nasional. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan berpengaruh pada kenaikan konsumsi energi.
“PLN juga aktif dalam memenuhi kebutuhan listrik pelanggan dengan meluncurkan promo tambah daya, program captive power bagi para pelaku industri dan bisnis, hingga menghadirkan inovasi melalui program electrifying agriculture, electrifying marine, dan penyediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU),” tukasnya.
Menurut Abra, kondisi ini membantu PLN dalam menekan over supply listrik dan mendukung kenaikan penggunaan listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
“Pertumbuhan ini, menjadi landasan yang cukup baik. Kami harapkan pertumbuhan lebih tinggi lagi ke depannya,” tutup Abra.(**)