Ibu Megawati. (Foto: Ist)
Oleh: Saiful Huda Ems.
Rupanya kubu Pak Jenderal dan Mantan Presiden R.I ke 6 yang dahulu pernah dijuluki oleh almarhum Pak Taufik Kiemas sebagai jenderal yang kekanak-kanakan itu, semakin bernafsu untuk memaksakan anaknya jadi Cawapres 2024.
Betapa tidak, politikus dadakan yang muncul jadi Presiden R.I ke 6, berkat usaha keras para pendiri Partai Demokrat yang sekarang semuanya disingkirkannya itu, semakin ngawur melontarkan tuduhan demi tuduhan terhadap Pemerintahan Jokowi yang tiada habis-habisnya. Dan kali ini, melalui tangan kanannya, yakni Denny Indrayana (DI), telah ketahuan mengirim surat pada Hari Jumat ini (2 Juni 2023), yang ditujukan khusus untuk mantan Presiden R.I ke 5, Ibu Megawati Soekarno Putri.
Surat DI ditujukan untuk Ibu Megawati yang intinya agar Ibu Megawati segera meminta Presiden Jokowi untuk menghentikan usaha penundaan Pemilu 2024, serta memohon agar Ibu Megawati memerintahkan Presiden Jokowi agar menghentikan usaha Kepala Staf Presiden (KSP) R.I, yakni Pak Moeldoko yang tengah berjuang keras untuk memenangkan perkara “Tarung Internal Pengurus Partai Demokrat” melalui Peninjauan Kembali (PK) di Mahkamah Agung. Dalam surat itu, DI juga berusaha mencari muka Ibu Megawati, dengan cara memuji-muji Ibu Megawati, dan mengatakan, cukuplah pencaplokan kedaulatan partai hanya terjadi di zaman Orba saja, dimana PDI yang dipimpin Ibu Megawati sebagai korbannya.
DI dan SBY ini memang penebar hoax, alias pembohong. Silahkan protes ke kalau tidak terima ! Mau dengan cara apapun !. Perampokan partai itu tidak hanya terjadi di zaman Orba, melainkan pula terjadi di zaman Pemerintahan SBY !.
Apa mereka berdua rabun sejarah politik Indonesia, memangnya di era Presiden siapa Gus Dur telah disingkirkan dari PKB? Bukankah itu terjadi di masa kepemimpinan nasional SBY? Terus mengapa pula DI berani-beraninya menuduh, bahwa di akhir Pemerintahan Jokowi ini telah berusaha melakukan penundaan Pemilu? Hei Den, anda ini Profesor hukum kok sama sekali tidak mengerti hukum? Memangnya Presiden Jokowi pernah mengeluarkan regulasi soal penundaan Pemilu? Tunjukkan, dan jika tidak ada berarti apa yang anda katakan itu hoax dan fitnah !.
Demikian pula soal tarung internal kepengurusan Partai Demokrat, meskipun Ketua Umum Partai Demokrat hasil KLB itu KSP, namun itu bukan berarti atas perintah Presiden Jokowi. Anda terlalu mengada-ada, karena kami sudah ribuan kali menjelaskannya secara terbuka melalui berbagai media, mulai media yang level daerah hingga pusat (Nasional). Dan semua media itu dengan senang hati terus menerus mengekspos pemberitaan opini kami, karena mereka faham dan mengerti bagaimana sesungguhnya rusaknya Partai Demokrat dibawah kepemimpinan AHY !
Teman-teman media itu, sebagaimana saya, merupakan bagian dari rakyat yang melek hukum dan politik, yang nuraninya terusik, karena negara telah menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk mendanai Partai Politik, namun Partai Politik dalam hal ini Partai Demokrat, kok begitu mudahnya dikangakangi oleh Trio Cikeas yang berkuasa tanpa batas !.
Pendidikan Politik untuk rakyat, penjaring dan penyuara aspirasi rakyat, pencetak kader-kader politisi unggul untuk dipersiapkan menjadi pejabat, anggota dewan dll, tidak berfungsi sama sekali di Partai Demokrat pimpinan AHY, yang seharusnya menjadi sarana untuk tugas-tugas kepartaian itu !.
Tidak pernah rasanya Partai Demokrat itu mengeluarkan pernyataan-pernyataan, atau ide-ide yang brilian, bagaimana rakyat ini semakin maju pesat perekonomian, pendidikan, kesehatannya dll. Yang ada hanya selalu kabar soal hasrat nafsu bejat AHY yang memaksakan diri dan dipaksakan oleh ayahnya untuk menjadi Capres/Cawapres R.I ! Saya katakan itu nafsu bejat, karena sangat tidak logis, politisi pemula, belum pernah jadi pejabat tingkat kecamatan, kabupaten atau provinsi apalagi tingkat pusat (Kepresidenan), sudah kepedean mau Nyapres !. Ini pembodohan bagi rakyat yang sedang bangkit perekonomiannya, setelah 10 tahun menderita di bawah kepemimpinan SBY yang hanya jago merilis album lagu !.
Surat DI yang ditujukan pada Ibu Megawati itu, bagi kami tak lain hanyalah bentuk usaha adu domba antara Ibu Megawati, Pak Jokowi dan Pak Moeldoko. Ya adu domba, karena mungkin SBY sudah melihat kemenangan Capres 2024 Mas Ganjar Pranowo sudah ada di depan mata. Ketika nantinya Bu Mega, Pak Jokowi dan Pak Moeldoko sudah sama-sama kompak bersuara, menggebrak panggung-panggung kampanye politik di seluruh pelosok Nusantara, maka kemenangan bagi Capres Mas Ganjar Pranowo sudah sangat jelas hitungannya.
Ingat, PDIP itu memiliki banyak stok figur politisi yang handal dan suaranya sangat didengar rakyat. Ada Bu Mega, Pak Jokowi, Mas Ganjar, Ko Ahok, Ibu Risma, Mas Gibran dll. Lah Partai Demokrat pimpinan AHY figur mana yang bisa didengar oleh rakyat? AHY? Ibas? Andi Arief? Denny Indrayana? Waaah…rakyat mana yang mau mendengar suara orang-orang ini? Yang ada malah rakyat akan tertawa. Maka, Stop adu domba Bu Megawati, Pak Jokowi dan Pak Moeldoko !.
DI rupanya sangat ketakutan diciduk Polisi, mulailah DI meminta dukungan pada Ibu Megawati. Namun DI rupanya juga lupa, SBY itu kartu mati di hati Bu Megawati. Jiwa pembohongnya SBY tak kan pernah terlupakan dalam sejarah perjuangan Bu Megawati yang berpeluh keringat dan air mata ! Catat itu !…(**)
2 Juni 2023.
Saiful Huda Ems (SHE). Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat pimpinan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko.