Kasus Korban Begal Jadi Tersangka di-SP3-kan, FH Unram Apresiasi Polri

Polda Nusa Tenggara Barat menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) perkara Murtede alias Amaq Sinta. (Foto: PMJ News)

JAKARTA. Pewartasatu – Kasus korban begal yang dijadikan tersangka oleh Polres Lombok Tengah NTB dan mendapat perhatian masyarakat luas akhirnya selesai dengan baik.

Kasus korban begal yang dijadikan tersangka itu akhirnya di SP3-kan atau perkaranya dihentikan, dan status tersangka Murtede alias Amaq Sinta dicabut.

Kasus korban begal yang dijadikan tersangka ini sebelumnya sempat menarik perhatian Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto yang menyarankan kasus ini dihentikan.

Kasus korban begal yang dijadikan tersangka ini juga mendapat perhatian Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKNH) Fakultas Hukum Universitas Mataram dan memberi bantuan hokum kepada Amaq Sinta.

Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) telah menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) perkara Murtede alias Amaq Sinta.

Menanggapi keluarnya SP3 tersebut, Joko Jumadi dari BKNH Fakultas Hukum Unram menyampaikan apresiasi kepada Polri yang telah memberikan asas keadilan kepada kliennya dalam perkara itu.

“Kami dari BKBH Fakultas Hukum Universitas Mataram, selaku tim kuasa hukum Amaq Sinta mengucapkan terima kasih.”

“ Kami memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada Kapolri dan Kapolda NTB, yang telah melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian perkara pidana,” ungkap Joko melalui tayangan video, Minggu 17 April 2022 yang dikutip PMJNews.

Joko berpandangan bahwa, penanganan proses hukum yang dialami oleh Amaq Sinta sejak awal bergulir telah berjalan sebagaimana asas keadilan dan kemanfaatan hukum.

Pasalnya, kata Joko, hal itu tercermin dengan adanya penarikan perkara itu dari Polres Lombok Tengah ke Polda NTB.

Kemudian setelah diambilalih, kata Joko, Polda NTB juga langsung melakukan gelar perkara khusus bersama dengan para ahli hukum dan memutuskan kasus yang dialami Amaq Sinta dihentikan atau SP3.

“Khususnya di kasus Amaq Sinta yang telah diambilalih kasus Amaq Sinta dari Lombok Tengah dan mengambil keputusan menghentikan kasus itu melalui SP3.”

“ Pembelajaran dari kasus ini adalah peran serta masyarakat sangat dibutuhkan di dalam penanggulangan kejahatan,” ujar Joko.

Sebelumnya, Kapolda NTB Irjen Djoko Purwanto menjelaskan dari hasil gelar perkara khusus disimpulkan bahwa peristiwa tersebut merupakan pembelaan terpaksa sebagaimana termaktub dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP.

“Sehingga tidak ditemukan adanya unsur perbuatan melawan hukum baik secara formil dan materiil,” kata Djoko kepada wartawan, Sabtu 16 April 2022.

Menurut Djoko, keputusan dari gelar perkara tersebut berdasarkan peraturan Kapolri Nomor 6 Tahun 2019.

Pasal 30 Perkap tersebut tentang penyidikan tindak pidana bahwa penghentian penyidikan dapat dilakukan demi kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.

Terkait penanganan perkara Amaq Sinta, Polda NTB dalam proses gelar perkara khusus mengedepankan asas proporsional, legalitas, akuntabilitas dan nesesitas. Dengan tujuan, terwujudnya rasa keadilan dan kemanfaatan hukum bagi masyarakat.

Sumber: PMJNews

Brilliansyah: