JAKARTA, PEWARTASATU.COM -Nulis dari Rumah merupakan program dari Kemenparekraf bersama Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) untuk memberikan stimulus kepada penulis atau pelaku ekonomi kreatif di subsektor penerbitan dan literasi agar tetap aktif menulis dari rumah di masa pandemi COVID-19.
Staf Khusus Menteri Parekraf Bidang Digital dan Industri Kreatif, Ricky Joseph Pesik, Rabu (7/10/2020) mengatakan 100 karya ini masuk 100jadi 2 judul buku berbeda, versi antalogi esai dan cerpen. Untuk kumpulan cerpen terpilih diberi judul ‘Pesan Penyintas Siang’, yang diterbitkan oleh Mekar Cipta Lestari.
Sedangkan kumpulan esai terpilih diberi judul ‘Saatnya Menjadi Bangsa yang Tangguh’ yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
“Karya tulis berupa esai dan cerpen yang dihasilkan dari program tersebut diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat dan juga sektor penerbitan,” ujar Ricky.
Ricky menyarankan untuk memasarkan hasil karya dari pemenang sebaiknya difokuskan melalui platform digital. Sebab, di masa pandemi COVID-19, masyarakat lebih banyak menggunakan media digital untuk memenuhi kebutuhan literasinya.
“Kalau secara masal kami masih mengandalkan landscape bisnis konvensional yaitu cetak. Tapi kalau kita lihat kondisi sekarang, perlu sistem pemasaran digital yang lebih baik. Digitalisasi menjadi hal mau tidak mau harus dilakukan. Kita harus mulai beradaptasi dan kedepannya ini bisa mencapai sekala ekonomi sehingga membuat segala hal menjadi gampang,” ujar Ricky.
Editor Senior Kepustakaan Populer Gramedia, Pax Benedanto, menjelaskan 100 karya yang terpilih adalah tulisan yang memiliki tata bahasa yang baik, bersifat menggugah, terdapat pesan moral bagi pembaca, hingga memiliki orisinalitas karya.
“Jadi pembaca butuh kejutan, secara spesifik ada kriteria besar, dari gagasan tulisannya dijelaskan tentang apa, karena ini ada tema di dalam program yaitu seputar pandemi dan pariwisata. Jadi bukan yang tema bebas. Jadi 100 karya ini adalah karya terbaik dari 1076 naskah yang masuk yang telah memenuhi kriteria penulisan yang baik,” ujar Pax.
Sementara itu, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayati Rosalina menyebut antusiasme masyarakat mengikuti program ini sangat tinggi. Peserta tidak hanya datang dari kalangan masyarakat yang memiliki hobi menulis, melainkan juga diikuti oleh penulis profesional.
“Berharap kerja sama kami dengan Kemenparekraf bukan hanya memproduksi buku tapi juga bagaimana penerbit bisa menjual buku-bukunya ke masyarakat lebih luas lagi,” ujar Rosidiyati.
Pemenang Esai, Aditya Nirwana, mengaku tidak menyangka karyanya akan terpilih menjadi esai terbaik. Sebab, saat mendaftar program Nulis dari Rumah ia hanya berkeinginan untuk menuangkan pikiran saat berada di rumah saja selama pandemi COVID-19.
“Saya tidak ada motivasi apapun pada saat itu, tapi yang jelas saya juga ingin menulis tentang refleksi kehidupan,” ujar Aditya.
Begitu juga dengan Pemenang Cerpen, Awi Chin, yang tidak menyangka bahwa cerpennya terpilih masuk dalam 100 karya terbaik di antara lebih dari 1000 karya yang dikurasi. “Saya tidak berpikir kalau saya ikut lomba, saya cuma berpikir saya ingin menulis soal Bali, kalau diterima syukur, kalau tidak yang saya akan publish di tempat lain. Ketika kita tidak berekspektasi apapun hasilnya akan lebih enak, tidak ada hasil atau target yang harus dicapai,” ujar Awi. (Maulina)