BALI, PEWARTASATU – Tiga pelaku usaha terbaik di ajang Food Startup Indonesia (FSI) MMXX , berhak mendapatkan fasilitasi akses pembiayaan guna pengembangan bisnis. Ketiga pelaku usaha tersebut, Kato Dehydrated Foods (Malang Jawa Timur), Prospero Realcho (Kab. Tangerang Banten), dan Eggy Telur Asin Pedas (Sumedang, Jawa Timur).
Sebelumnya mereka melakukan presentasi dalam kegiatan pitching di depan panelis serta calon investor dalam kegiatan puncak Demoday FSI MMXX yang berlangsung di Sofitel, Nusa Dua, Bali.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo, dalam acara puncak Demoday FSI MMXX, mengatakan, Demoday yang berlangsung selama tiga hari pada pada 12 hingga 15 Oktober menghadirkan 100 finalis FSI MMXX. Seluruh finalis mendapatkan pendampingan mulai dari direct mentoring, business coaching, dan pemasaran.
“Pendampingan dilakukan sejumlah expertise yang dulunya juga merupakan pelaku usaha. Antara lain Sano Superfood (Eka Seafood Indonesia), Donny Wangke (Sano Superfood), dan Nilamsari (Sari Kreasi Boga),” kata Fadjar Hutomo.
Dari 100 finalis tersebut, dipilih 25 finalis yang berhak melakukan presentasi dalam kegiatan pitching di depan panelis yang memiliki kompetensi di industri kuliner.
“Peserta terpilih ini terdiri dari 17 food manufacture dan delapan food service yang berasal sembilan provinsi. Perwakilan terbanyak berasal dari Jawa Barat sebanyak delapan peserta, DKI Jakarta lima peserta, dan Jawa Timur lima peserta,” kata Fadjar Hutomo.
Penilaian yang dilakukan berdasarkan kesiapan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership, dan strategi investasi.
“Kehadiran investor dalam Demoday menunjukkan dukungan terhadap pelaku usaha sektor kuliner sangat besar. Dengan terbukanya peluang permodalan ini, pemerintah berharap ekosistem sektor kuliner tetap optimis dalam situasi pandemi,” ungkap Fadjar Hutomo.
Selain suntikan dana dari investor, masing-masing peserta terbaik mendapat green card mengikuti program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) 2021.
Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim, mengungkapkan pada aspek jenis pendanaan yang dibutuhkan, panitia FSI MMXX mengidentifikasi ke dalam lima sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing, dan lembaga pinjaman lainnya.
Sumber pendanaan dari bank dan equity paling diminati oleh masing-masing perusahaan baik food manufacture dan food service.
“Berbagai jenis pendanaan yang diajukan tersebut tentu saja harus disertai oleh profesionalisme dan akuntabilitas pelaku usaha sektor kuliner yang mengikuti FSI. Proses seleksi yang panjang dan kompetitif ini dimaksudkan agar akses permodalan dan pemasaran tepat sasaran,” kata Hanifah Makarim.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengapresiasi penyelenggaraan Food Startup Indonesia (FSI) MMXX sebagai upaya meningkatkan kapasitas pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner, khususnya dalam mendapatkan akses pembiayaan guna pengembangan bisnis.
Wishnutama yang turut hadir dalam kegiatan Demoday FSI MMXX di Bali, mengatakan, fasilitasi ini menjadi kesempatan besar bagi pelaku usaha ekonomi kreatif subsektor kuliner untuk mengembangkan bisnis hingga mendapat akses pembiayaan.
“Kami berharap finalis dan investor sama-sama dapat menjalin kerja sama agar pelaku usaha kita dapat terus tumbuh di tengah pandemi COVID-19,” ujar Wishnutama.
Kegiatan Demo Day FSI tahun ini dilakukan secara hybrid, gabungan antara offline dan online. Seluruh kegiatan yang dilakukan secara fisik mengacu pada standar protokol kesehatan pemerintah kepada setiap peserta yang berlangsung di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort.(Maulina)