KemenPPPA dan Nahdlatul Ulama (NU) Tandatangani MoU Tentang Peningkatan Sinergitas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

JAKARTA, Pewartasatu.com– Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sepakat untuk melakukan sinergi kerjasama dalam Pemajuan dan Perlindungan Hak-Hak Perempuan dan Anal.

Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempercepat 5 (lima) arahan Presiden Joko Widodo yang diamanatkan kepada KemenPPPA.

Penandatanganan Nota Kesepahaman dilakukan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga dengan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf dalam kegiatan Pembukaan NU Women Fest. Penandatangan MoU juga disaksikan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir dan Menteri Kesehatan , Budi Gunadi Sadikin.

Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyambut baik kesepakatan kedua belah pihak untuk bersama-sama memberdayakan perempuan serta melindungi perempuan dan anak dari kekerasan.

Dari berbagai data yang ada, baik itu data indeks pembangunan manusia, indeks pembangunan gender, maupun indeks pemberdayaan gender, masih terjadi ketimpangan yang terlalu lebar antara laki-laki dan perempuan, maupun target indeks perlindungan anak ini masih jauh dari yang diinginkan.

“NU sudah memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi perempuan untuk mendorong terwujudnya kesetaraan gender, memberikan ruang yang besar untuk pemberdayaan perempuan serta memperjuangkan kualitas hidup perempuan dan anak Indonesia.’

‘Hal ini menjadi penting untuk kita bersama, bahwa partisipasi perempuan sudah tidak diragukan lagi. Setelah penandatanganan MoU, selanjutnya adalah melakukan kerja-kerja konkrit ke dalam hal pemberdayaan perempuan khususnya di perempuan NU.”

Kami juga menyampaikan apresiasi setulus-tulusnya tentang adanya deklarasi “Menentang Segala Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Masyarakat” demikian juga Peluncuran Satuan Petugas NU Women,” ujar Menteri Bintang.

Menteri PPPA juga mengajak perempuan NU yang ada di pelosok seantero nusantara untuk mendukung upaya menghapus ketimpangan gender, mendorong pemberdayaan perempuan secara ekonomi, meningkatkan pengasuhan kepada anak-anak, kemudian memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak melalui sosialisasi dan implementasi UU TPKS.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan para aktivis perempuan di lingkungan NU memiliki komitmen kuat untuk menjadikan perempuan sebagai perempuan mandiri dan berkualitas.

“Tidak ada gerakan perempuan yang lebih kuat sampai dengan menentukan dinamika masyarakat melebihi gerakan di lingkungan perempuan Nahdlatul Ulama. Mudah-mudahan dengan gerakan NU Women ini atau perempuan NU atau Wanudiyo NU ini semua akan membawa kita kepada masa depan perempuan yang lebih baik, pada kualitas peran perempuan yang lebih baik, meningkatnya kualitas perempuan akan menghasilkan meningkatnya kualitas peradaban,” tegas KH Yahya Cholil Staquf.

Sementara itu, Ketua Organizing Comitte NU Women, Yenny Wahid menyatakan bahwa semangat kesetaraan sejak awal sudah didengungkan oleh para ulama NU. Pihaknya selain akan lebih masiv melakukan program-program pemberdayaan perempuan, juga mengedukasi masyarakat dan kelompok perempuan tidak menjadi korban kekerasan.

“ NU women akan melakukan program-program peningkatan kapasitas, membentuk satgas perempuan, yang punya tugas utama untuk membentuk mekanisme pencegahan dan penanganan kekerasan. ‘

‘Selain itu, NU Women Fest juga berperan sebagai aggregator maupun juga ruang konsolidator, agar perempuan-perempuan NU bisa lebih dinamis lagi dalam memperjuangkan berbagai macam isu-isu yang berkaitan dengan perempuan, untuk menjawab permasalahan yang dihadapi umat manusia serta masyarakat NU,”ujarnya.

“Kami akan fokus pada 3 isu besar yaitu penguatan perlindungan perempuan dan anak, penanggulangan perubahan iklim dan pemberdayaan preempuan NU secara ekonomi, sosial , politik, maupun keagamaan. NU women bersama dengan para mitra akan memberikan literasi keuangan pada satu juta orang perempuan selama beberapa tahun kedepan agar bisa lebih berdaya secara finansial,” tutur Yenny.(**)

Maulina Lestari: