Dirjen Binapenta dan PKK Kemnaker, Suhartono.(Foto: Humas Kemnaker)
JAKARTA, Pewartasatu.com – Pasar dunia kerja yang semakin terbuka dan revolusi teknologi berbagai disiplin ilmu pendidikan, khususnya pendidikan bidang keperawatan, menuntut agar para perawat dapat mencapai kompetensi keperawatan yang dibutuhan oleh pasar kerja global.
Untuk itu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas SDM Indonesia bidang keperawatan agar memiliki kompetensi sesuai pasar kerja global.
“Sebagaimana diketahui, output dari dunia pendidikan pada saat masuk ke pasar kerja, yang menjadi kebutuhan adalah kompetensi perawat sesuai dengan standar mutu kerja,” ucap Dirjen Binapenta dan PKK Kemnaker, Suhartono, melalui siaran pers Biro Humas Kemnaker, Sabtu (12/3/2022).
Suhartono mengatakan, jika melihat jumlah penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) berdasarkan jabatan tenaga kesehatan seperti pengasuh dan perawat, tahun 2019 penempatan PMI tenaga kesehatan berjumlah 56.684 orang.
Tahun 2020 penempatan PMI tenaga kesehatan berjumlah 23.895 orang; dan tahun 2021 penempatan PMI tenaga kesehatan berjumlah 5.506 orang.
“Apabila dicermati data penempatan untuk perawat, terlihat bahwa penempatan perawat untuk bekerja di luar negeri masih sangat kurang.
” Sedangkan kita ketahui kebutuhan akan perawat secara global pada tahun 2023 diperkirakan 18 juta orang,” kata Suhartono.
Ia menambahkan, beberapa faktor yang menjadi memicu tingginya kebutuhan tenaga perawat antara lain tingginya kepedulian masyarakat global terhadap kesehatan dan pola hidup sehat.
Selain itu adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibeberapa negara tujuan penempatan PMI juga memicu peningkatan kebutuhan tenaga perawat tersebut.
Menurutnya, hal ini dapat menjadi tolak ukur bahwa kebutuhan tenaga kerja profesional pada posisi tenaga kesehatan sangat tinggi secara global.
“Ke depan, tinggal bagaimana kita dapat menyikapi hal ini untuk segera mempersiapkan para kandidat tenaga perawat yang profesional sehingga mampu bersaing secara global,” pungkas Suhartono. (Maulina)