Kepala BNPT Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar, M.H., bertemu dengan salah satu menteri negara Singapura, Mr. Desmond Tan di Jakarta pada Rabu (18/5). /foto: bnpt.go.id
JAKARTA. Pewartasatu. com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar, M.H., bertemu dengan Minister of State for Sustainability and Environment and Minister of State for Home Affairs Singapura, Mr. Desmond Tan di Jakarta, Rabu (18/5).
Pertemuan ini dilakukan di tengah munculnya kecaman publik dalam negeri terkait penolakan masuknya Ustad Abdu Somad, seorang dai kondang ke negeri Singa itu Senin lalu (16/5).
Ramainya soal kasus UAS ini, kini mulai menjurus ke arah pertanyaan, siapa pihak dari Jakarta yang memberi informasi bahwa UAS adalah pengembang ajaran ekstrimisme sebagaimana disampaikan UAS saat wawancara dengan stasiun TV One.
Terkait isu UAS ini, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid mengatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh negara tetangga Indonesia itu tak lebih dari antisipasi dini terhadap potensi ancaman kepada negaranya.
“Saya melihat ini justru menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk juga melakukan pencegahan sejak hulu dengan melarang pandangan, pemahaman dan ideologi radikal yang bisa mengarah pada tindakan teror dan kekerasan,” kata Nurwakhid saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (18/5).
Dalam pertemuan dengan menteri Singapura itu, Kepala BNPT menjelaskan, Indonesia sebagai negara yang menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM) memilih menggunakan pendekatan lunak yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam upaya penanggulangan terorisme.
Salah satu program BNPT dalam penanggulangan terorisme yang menggunakan pendekatan lunak adalah Kawasan Terpadu Nusantara (KTN). Boy Rafli menjelaskan KTN bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mitra deradikalisasi termasuk di dalamnya penyintas dan masyarakat sekitar KTN.
“Sebagai negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia, Indonesia mengutamakan pendekatan lunak dalam penanganan terorisme yang berorientasi pada upaya pencegahan.”
” Saat ini, BNPT memiliki program unggulan terkait program deradikalisasi, yaitu Kawasan Terpadu Nusantara (KTN) yang sudah soft launching di Jawa Timur. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mitra deradikalisasi serta korban dan penyintas,” katanya.
Selain memperkenalkan program KTN, Kepala BNPT juga berharap Indonesia dan Singapura dapat memperkuat hubungan bilateral khususnya, dalam menangani fenomena radikalisasi online.
“Selama ini, Indonesia dan Singapura telah berkolaborasi dengan baik dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme. Kini, kekhawatiran meningkat pada penggunaan media sosial untuk tujuan menyebarkan paham – paham radikal. Harapannya, Indonesia dan Singapura dapat memperkuat kerja sama dalam bidang tersebut,” terangnya.
Sementara itu, Desmond Tan mengatakan kesiapan negaranya untuk konsisten berkolaborasi dengan Indonesia dalam memerangi benih radikalisme dan aksi – aksi terorisme. Langkah – langkah yang tengah diusung adalah pertukaran informasi dan pengembangan kapasitas.
“Kami siap meningkatkan kerjasama bilateral yang sudah ada termasuk dalam hal pertukaran informasi dan pengembangan kapasitas ,” responnya.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BNPT juga menyampaikan rencana Indonesia dan Australia yang akan menjadi co-chair Aqaba Process High Level Tech Meeting on Southeast Asia di Bali pada Juli 2022. Dirinya pun mengundang Singapura untuk hadir dalam pertemuan tersebut.**
sumber: bnpt.go.id