Aswan Bayan (Foto : Ist )
Oleh : Aswan Bayan, Pemred Pewartasatu.com
Dalam.sebuah majelis bersama para sahabatnya, Nabi Muhammad SAW. menyampaikan sabda yang isinya menjangkau ribuan tahun ke depan. Tentu tidak heran karena apapun yang beliau sampaikan senantiasa dalam bimbingan pemilik segala sesuatu yakni Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Nabi Muhammad SAW. mengatakan kepada para sahabatnya, ” Akan datang suatu zaman atas manusia, perut-perut mereka menjadi Tuhan-Tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar (uang) mereka menjadi agama mereka. Kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka.”
Kemudian Nabi yang mulia itu melanjutkan ” Waktu itu tidak tersisa dari iman kecuali namanya saja. Tidak tersisa dari islam kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa dari Alquran kecuali sebatas kajiannya saja. Masjid-masjid mereka makmur, tetapi hati mereka kosong dari petunjuk dan hidayah Allah SWT. Ulama-ulama mereka menjadi mahluk Allah yang paling buruk dimuka bumi.”
Para sahabat mendengar penjelasan beliau merasa sedih. Mereka memandang wajah nabi yang mulia, mendengar dan menyimak untaian kalimat yang keluar dari mulut manusia paripurna. Mereka semua terpesona, menunggu gambaran apakah yang akan beliau sampaikan. Nabi yang.mulia itu kemudian mengatakan;
” Kalau sudah terjadi zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dengan empat azab; pertama, kekejaman tak berperikemanusiaan dari penguasa mereka. Kedua, kekeringan dalam waktu yang lama. Ketiga, beraneka kezaliman para pejabat kepada rakyat jelata dan ke empat pisau para hakim tumpul, sekarat dan berkarat.”
Atas penjelasan Nabi yang mulia itu, para sahabat terheran-heran kemudian bertanya, ” Wahai Rasul Allah, apakah mereka ini para penyembah berhala ? Ya, bagi mereka setiap dirham (uang) menjadi berhala.
Hadits yang sangat panjang riwayat Imam Bukhari Muslim ini menjadi renungan kita. Berhala itu bukan patung-patung atau arca. Bukan pula pohon beringin yang rindang, bukan lagi matahari atau bulan tapi berhala zaman sekarang adalah dinar alias uang.
Jika uang sudah menjadi tujuan hidup, tentu saja segala daya upaya pikiran, perkataan, perbuatan seseorang akan dipenuhi dengan pertimbangan dan perhitungan untung rugi.
Pikirannya demi uang, perkataannya demi uang, perbuatannya demi uang.
Ketika uang telah dipertuhankan oleh manusia, maka segala macam pangkat, jabatan, kedudukan, status sosial, atau apapun kenikmatan hidup yang sudah digapai tidak pernah merasa cukup.
Mempertuhankan uang kian merajalela ditengah kehidupan masyarakat. Bagaimana mungkin para pejabat di negara kita dari pejabat daerah sampai pejabat pusat yang terhormat dengan kedudukan, pencapaian jenjang karir yang gemilang, dengan kekayaan yang sudah melimpah masih saja melakukan praktek-praktek kotor seperti suap- menyuap, penyalahgunaan fasilitas negara, praktek korupsi. Demikian pula para pengusaha, mereka sudah punya banyak harta tapi tidak pernah puas sehingga terus mencari uang walaupun dengan cara-cara yang melanggar etika, moral dan hukum.
Kita semua tentu sangat prihatin, akhir akhir ini banyak tangkap tangan terhadap pejabat dan pengusaha dan terlebih melukai rasa keadilan masyarakat karena uang yang dikorupsi milyaran rupiah sementara kehidupan masyarakat hidupnya pas pasan dan serba kekurangan. Tindakan yang dilakukan para koruptor
mencuri uang negara karena menganggap uang sudah menjadi Tuhan dalam hidup mereka.
Kita tidak boleh putus asa walau gambaran dari Nabi Muhammad SAW sudah terbukti. Kita semua menyadarkan diri bahwa uang sangat penting dalam kehidupan karena bisa membeli apa saja di dunia ini tapi harus disadari bahwa uang bukanlah Tuhan. Uang tidak mampu memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang bisa memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.