Pewartasatu, Jakarta – Dalam perjanjian antara pemerintah AS dan Kodak untuk mengembangkan bahan obat generik tampaknya ditunda, setelah Perusahaan Keuangan Pembangunan Internasional AS men-Tweet bahwa “tuduhan kesalahan baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran serius.”
“Pada 28 Juli kami menadatangani Letter of Interest dengan Eastman Kodak. Tuduhan pelanggaran belakangan ini menimbulkan kekhawatiran yang serius. Kami tidak akan melanjutkan kerja sama sampai tuduhan perdagangan mencurigakan menjadi jernih,” tutur US International Development Finance Corporation, Sabtu, (8/8).
Kodak mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan tinjauan internal terhadap aktivitas baru-baru ini oleh perusahaan sehubungan dengan pinjaman 765 juta dolar yang akan diterimanya di bawah UU Produksi Pertahanan untuk memproduksi obat-obatan.
Harga saham perusahaan melonjak beberapa hari sebelum kesepakatan itu hari sebelum kesepakatan itu diumumkan, CBS News melaporkan, itu membuat Senator Elizabeth Warren (D-MA) meminta Komisi Sekuritas dan Bursa untuk menyelidiki apakah ada contoh perdagangan orang dalam, The Verge, Minggu, (9/8).
Selain itu, Kodak merupakan perusahaan produksi peralatan film, dan kini berencana akan membuat cabang bisnis baru yang disebut Kodak Pharmaceuticals untuk membuat bahan-bahan yang telah “mengalami kekurangan kronis.” CEO Kodak Jim Continenza mengatakan dalam wawancara kepada The Wall Street Journal.
Perusahaan Kodak berencana untuk memproduksi bahan untuk obat-obatan seperti hydrochloroquine, sebagai pengobatan Covid-19, meskipun sudah ada bukti bahwa obat tersebut tidak efektif melawan virus.
Perusahaan berusia 131 tahun yang sebelumnya bergerak di bidang percetakan film dan fotografi sempat mengajukan pailit pada tahun 2012 akibat kalah bersaing dengan kamera digital. Kodak sudah cukup berpengalaman di bidang pembuatan obat. Pada tahun 1990-an, Kodak pernah ikut memproduksi obat nonresep seperti aspirin, tetapi lalu menjual unit usaha farmasinya ke SimthKline Beecham sebesar 2,925 Miliar dolar pada tahun 1994, seperti yang dikutip dari CNBC, (9/8).