Kritikus Faizal Assegaf. (Foto: Ist)
Oleh: Faizal Assegaf (kritikus)
NYARIS semua elite partai tersandera oleh kejahatan korupsi. Asbab busuk itu membuat partai terkesan jadi sarang maling berjamaah. Akibatnya aspirasi rakyat tersumbat.
Menariknya, di tengah ambruknya citra partai hasil pemilu curang, muncul konsolidasi elemen progresif. Secara cerdas menyodorkan wadah partai baru. Namanya Partai Negoro (Nasional Gotong Royong).
Mantan jurnalis, aktivis, budayawan, pengusaha muda dan kaum religius menerobos kebekuan politik. Melalui Partai Negoro, desain gerakan berbasis gagasan disiapkan. Ini adalah momentum gerakan politik terbarukan.
Disebut politik terbarukan, lantaran Partai Negoro memastikan jalan pertarungan ide-ide dan basis konsolidasi tidak hanya pada level nasional, tapi internasional. Kemitraan dengan Rusia, Iran, Yaman, Belanda dan German mulai terbentuk.
Partai Negoro tidak bermain pada arus massa demi mengejar elektoral semata. Tapi sejak didirikan, kekuatan basis kajian diutamakan. Yakni pemetaan geopolitik, sejumlah isu strategis dalam dinamika sosiologi dan ideologi dirumuskan.
Beberapa guru besar, dosen serta elemen mahasiswa dari sejumlah kampus mulai terlibat. Kelompok jurnalis independen hadir bergabung. Tak ketinggalan, sebuah forum kecil lintas kelompok kajian filsafat melebur dan bersinergi.
Lebih dari seribu dua ratus orang dari berbagai level telah terjaring bergabung dengan Partai Negoro. Dalam waktu dekat akan hadir dalam deklarasi di ibu kota negara. Tentu masih banyak orang cerdas di luar sana akan terlibat.
Berbicara soal pro-kontra sidang sengketa pemilu di MK, tidak lepas dari keterlibatan partai politik. Walau lembaga tersebut diklaim independen, tapi sebenarnya keputusannya tergantung pada deal untuk menuntun palu hakim.
Tegasnya, adegan di gedung MK hanyalah teater politik. Serupa dengan alur drama isu Hak Angket dalam permainan politik tipu-tipu partai di DPR. Rakyat hanya digiring dan dijebak: Pasrah pada kompromi elite partai.
Semua sandiwara disajikan untuk distribusi jatah kekuasaan antar elite partai. Mirip dengan kawanan buaya yang saling menerkam lezatnya jabatan dan kue pembangunan. Terus berputar-putar dalam rantai kejahatan.
Aktivis Partai Negoro tak mau terjebak…!(***)