JAKARTA, Pewartasatu.com — Kasus pemenggalan yang terjadi di Udaipur, India, menjadi buntut konflik antara umat Hindu dan Muslim di sekitaran jalan India.
Banyaknya kaum nasionalis Hindu menyerukan pembalasan atas kasus pemenggalan dengan cara menyerang umat Muslim disebagian kota India.
Umat Muslim sendiri adalah kelompok minoritas di negara Asia Selatan itu.
Awal mula kejadian pemenggalan terjadi karena korban seorang penjahit yang mendukung komentar politikus, Nupur Sharma yang menghina nabi Muhammad yang kala itu sedang ramai diperbincangkan.
Dua dari Pria yang sedang menyamar sebagai Pelanggan masuk ke toko tersebut dang terjadilah pemenggalan.
Aksi kejam tersebut mendapatkan respon amarah dari netizen India. Banyaknya netizen amat menuntut pembalasan kekerasan terhadap kedua pelaku dan juga umat Muslim lainya.
Telegram menjadi salah satu dedikasi untuk memperomosikan pembelaan agama Hindu untuk berperang dan melawan umat Muslim India.
Grup tersebut juga berecana untuk mengajak para Umat Hindu untuk menyerang kantor polisi dimana kedua pelaku pemenggalan berada di lokasi tersebut, dan berupaya untuk langsung membunuh mereka.
Sejak terjadi pembunuhan tersebar luas nama sang penjahit telah di-mention lebih dari 200 ribu kali di Twitter dengan tagar Hindu Live Matter yang telah terbit lebih dari 2.000 kali perjam pada kamis (30/6).
Dibalik itu semua tidak sedikit pula komunitas Muslim di India turut mengecam aksi pemenggalan tersebut.
“Tidak ada ruang untuk pembenaran kekerasan dalam Islam,” tulis Jamaat-e-Islami Hind, salah satu kelompok Muslim terkemuka yang berbasis di India.
Selain Jamaat-e-Islami Hind, belasan komunitas Islam lainnya juga turut mengutuk pemenggalan itu dan berupaya tetap menjalin perdamaian.
“Perdamaian tidak boleh diganggu. Tak seorang pun boleh mencoba mengambil keuntungan dari kejahatan buruk ini.”(**)