Aktual Featured Opini Politik

Kristalisasi Perjuangan PDIP

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. (Foto:Ist)

 

 

 

Oleh: Saiful Huda Ems.

 

TIDAK ada partai politik yang begitu kuat dan tahan menahan berbagai serangan dari segala penjuru dan dari waktu ke waktu kecuali PDIP. Tidak ada partai politik yang berhasil melahirkan begitu banyak kader potensial, populer dan sangat digandrungi oleh rakyat dari kalangan atas hingga menengah ke bawah kecuali PDIP.

Dan hanya PDIP lah partai politik yang berhasil mengorbitkan orang-orang pinggiran menjadi politisi-politisi berkelas, tanpa harus berjualan agama dan tanpa harus mengorbankan rakyat dan menggadaikan komitmen nasionalismenya.

Maka sangat cerdas sekali ketika PDIP (dahulu PDI) –setelah dicoba di hancur leburkan oleh Rezim Orde Baru–tidak memilih balas dendam politik dengan fokus untuk menghancurkan partai politik pendukung Rezim ORBA (Partai Golkar misalnya), namun memilih lebih fokus untuk menjadikan PDIP sebagai partai yang modern, profesional.

Ini semua dilakukan oleh PDIP yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri dan Sekjennya dari waktu ke waktu, semakin modern dan profesional lagi ketika Sekjen PDIP dijabat oleh Hasto Kristiyanto, yang pribadinya nampak menghindari popularitas namun istiqomah mendampingi perjuangan  Megawati Soekarnoputri untuk membangun partai dengan tidak lagi bersedia menjadi anggota DPR RI, setelah sebelumnya Mas Hasto banyak disibukkan dengan urusannya di DPR RI. Dan atas kerelaan  Hasto yang memilih lebih fokus membangun partai inilah, Megawati dan Hasto berhasil modernisasi dan memprofesionalisasi PDIP melalui proses pendidikan dan pengkaderan.

“PDIP sejak lama sudah mengatur urusan pengkaderannya. Ada 3 jenjang pengkaderan formal yang wajib dijalani oleh seluruh pengurus dari berbagai tingkatan. Mulai dari Dewan Pimpinan Pusat hingga ke tingkat Ranting. Yang paling dasar yakni Pelatihan Kader Pratama, Kader Madya, dan Kader Utama. Kader Pratama dididik di tingkat Kabupaten/Kota, Kader Madya ditingkat Provinsi, sementara Kader Utama di tingkat Pusat”. (Hasto Kristiyanto dalam buku Berpolitik Membangun Peradaban).

Hasto pernah berkata,”Di era Milenial ini, jika tidak pandai beradaptasi, partai politik akan digilas oleh roda zaman, karenanya Partai Politik dituntut untuk menjadi partai yang modern dan profesional dan memiliki kualitas sumber daya kader yang teruji kepemimpinan dan kepekaannya terhadap rakyat sebagai penggerak partai. Kata kuncinya: pendidikan dan pengkaderan di setiap institusi Partai Politik adalah sebuah keniscayaan”.

Hasto Kristiyanto bagi saya adalah cerminan dari salah satu kader PDIP yang berhasil digembleng oleh Ketua Umumnya, yakni  Megawati Soekarnoputri. Selain itu ada banyak lagi kader yang berhasil dilahirkan dari kepemimpinan Megawati, seperti  Ganjar Pranowo,  Puan Maharani,  Tri Rismaharini, Djarot Saiful Hidayat, Ko Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan teman seperjuangan sesama Aktivis ’98 Adian Napitupulu dan lain lain.

Selain itu ada kader-kader yang –menurut banyak orang– “gagal produk” dan yang kemudian menjadikan PDIP bersimbah air mata, seperti Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, Bobby Nasution, Maruar Sirait, Budiman Soedjatmiko dll.

Polarisasi kader yang terjadi di PDIP seperti yang saya jelaskan seperti itu, bagi saya bukanlah kegagalan PDIP dalam upaya melalukan proses pendidikan dan pengkaderannya, melainkan sudah menjadi kodrat dan hukum alam yang akan selalu berproses dan menentukan kristalisasi perjuangan dari watak-watak personalnya sendiri. Jangankan Megawati Soekarnoputri, di antara para Nabi pun.telah tertorehkan sejarah kelamnya sendiri-sendiri, yakni adanya orang-orang yang berkhianat pada perjuangannya, bahkan kadang bukan hanya dari golongan sahabatnya, namun pula dari golongan anaknya atau keluarganya sendiri.

Meski demikian, PDIP tetaplah PDIP, Partai Politik yang kerap tampil sebagai pemenang dan yang paling sangat di perhitungkan panggung politik nasional kita. Hanya PDIP  partai yang berhasil menjaga ideologi Nasionalis Soekarnoisnya yang menjadi cermin Bangsa Indonesia untuk menentukan “Kiblat Politik” nya. Kiblat politik sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat serta pernah menjadi pemimpin negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin berkat perjuangan gigih proklamator tercinta, Bung Karno penemu dan pencetus Pancasila, dan yang baru diakui dan diangkat oleh Pemerintah menjadi Pahlawan Nasional di tahun 2012 ! Ada apa dengan Bangsa ini? Ada apa dengan politisi-politisi yang saat ini menyembah Jokowi dan bersebrangan dengan PDIP?…(“””)

Rabu 29 Mei 2024.

Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer Nasionalis Soekarnois.

Leave a Comment