Pewartasatu.com – Ledakan besar dan dahsyat yang terjadi di Beirut ibu kota negara Lebanon yang telah menewaskan sedikitnya 100 orang dan korban terluka akibat peristiwa tersebut hampir 4.000 orang.
Para pejabat mengatakan jumlah korban diperkirakan akan meningkat setelah ledakan di gudang-gudang pelabuhan yang menyimpan bahan-bahan yang sangat eksplosif. Ledakan itu merupakan ledakan terbesar yang pertama di Beirut.
Pesiden Michel Aoun mengatakan ada 2.750 ton amunium nitrat, yang digunakan untuk pupuk dan bom, yang telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan tanpa langkah-langkah keamanan. Dia menyebutnya “tidak dapat diterima”, reuters, Rabu, (5/8).
Kepala Palang Merah Lebanon, George Kettani, mengatakan ada sebanyak 100 jiwa yang meninggal dunia akibat ledakan tersebut, dan “kami masih menyapu daerah itu. Masih ada korban atau tidak. Saya harap tidak” katanya.
Sementara itu, korban yang meninggal dunia kebanyakan ialah karyawan pelabuhan dan pekerja adat, serta orang-orang yang bekerja di daerah tersebut atau mengemudi selama jam sibuk.
Palang Merah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendirikan tempat atau rumah untuk korban yang meninggal dunia, karena rumah sakit sudah kewalahan, disamping hal itu, saat ini dunia masih diselimuti oleh pandemi virus Covid-19, termasuk Lebanon, Beirut.
Banyak sekali penduduk disana yang menyangka bahwa ledakan tersebut adalah gempa bumi.
Foto : Merdeka|Google