Menghina Akal Cerdas, Amien Rais Minta Semua Pihak Gagalkan Upaya Menunda Pemilu

Politisi senior yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, mantan Ketum PAN, Prof.Dr.Amien Rais/muhammadiyah.or.id

JAKARTA. Pewartasatu.com – Politikus senior Amien Rais mengingatkan semua pihak harus berusaha menggagalkan rencana atau keinginan menunda Pemilu 2024 dan atau penambahan masa jabatan presiden.

Karena, lanjut Amien, begitu Jokowi dikasih (nambah) satu kali, nanti akan begitu seterusnya, selain hal itu sama saja dengan makar konstitusi.

“Ini harus dihentikan. Kalau (kita) hanya diam, (berarti) kita melakukan sebuah bunuh diri nasional,” lanjut politisi pendiri Partai Amanat Nasional itu dalam Dialog Kebangsaan yang digelar DPD RI bekerja sama dengan DPP Bela Negara.

Dialog ‘Mencari Solusi Permasalahan Negara dan Bangsa Indonesia’ , dimoderatori wartawan senior Hersubeno Arief. Digelar 14 Maret 2022, namun baru dirilis via channel Hersubeno Point Selasa 15 Maret 2022.

Dialog menyorot keinginan menunda Pemilu 2024 dan atau penambahan masa jabatan presiden dua atau tiga tahun.

Mantan Ketua Umum PAN itu juga menyatakan “gagal paham”terhadap beberapa petinggi (Amien minta maaf karena menyebut mereka dengan sebutan kasar) yang berusaha meyakinkan rakyat bahwa penundaan pemilu dan 3 periode jabatan presiden adalah kehendak mayoritas rakyat.

“Ini menurut saya menghina akal cerdas manusia, di samping konstitusi ditekuk-tekuk. Ini harus dihentikan,” katanya lagi.

Amien Rais mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa dirinya tidaklah sekuat Bung Karno dan Soeharto. Presiden terdahulu yang memerintah cukup lama namun berakhir dengan tragedi.

“Bagaimana mungkin, buat kita-kita ini, misalnya Presiden Jokowi merasa paling hebat. Saya ingatkan Soekarno kurang apa,” kata Amien.

Keinginan menunda Pemilu2024 atau perpanjangan masa jabatan presiden muncul dari orang-orang dekat Presiden Jokowi. Menko Marvest LB Panjaitan sebagai motor penggerak.

Kemudian tiga Ketum Parpol, Muhaimin Iskandar (PKB) Zulkifli Hasan (PAN) dan Airlangga Hartarto (Golkar) menjadi operatornya.

“Sukarno bisa dibilang tak memiliki kekurangan sebagai pemimpin politik. Namun karirnya berakhir akibat tragedi yang terjadi …usai dirinya membiarkan dipilih menjadi Presiden seumur hidup,”kata Amien.

Sejarah mencatat, Bung Karno ditetapkan sebagai presiden seumur hidup berdasarkan TAP MPRS pada 1963. Dua tahun kemudian, terjadi Gerakan 30 September. Peta politik berubah. MPRS membatalkan jabatan seumur hidup Bung Karno.

Ketua Majelis Syuro Partai Ummat itu juga menunjuk Presiden Soeharto yang lengser pada 1998 usai berkuasa kurang lebih 32 tahun.

“Pak Harto kurang apa. Jenderal bintang lima, pangkat besar menyaingi Jendral Sudirman, menguasai seluruh birokrasi, memegang TNI, ABRI waktu itu yang di dalamnya ada polisi.”

“Punya konco-konco semua pengusaha-pengusaha. Tapi lihat akhirnya juga seperti itu,” tutur Amien.

Sejarah mencatat, Soeharto tak ingin memperpanjang lagi masa jabatannya. Tapi proses politik waktu itu “mendaulat” Pak Harto untuk menjabat lagi lima tahun ke depan, dengan alasan rakyat menginginkannya. Soeharto membiarkan dirinya dipilih lagi, dua bulan kemudian ia jatuh,

Awal pembicaraan, Amien Rais mengevaluasi pemerintahan Jokowi. Utang luar negeri semakin dahsyat, korupsi makin melebar dan hebat, produk perundang-undangan (UU Cipta Kerja dan UU Minerba) yang berorientasi bukan pada kepentingan rakyat.

Proyek-proyek mercusuar, seperti Ibu Kota Negara baru, kereta cepat, tak ada hubungan langsung dengan kepentingan rakyat. “Kita bisa melihat dengan mudah siapa yang diuntungkan oleh proyek-proyek mercu suar rezim Jokowi.”

“Politik nasional dapat dikatakan digerakkan bukan untuk kepentingan bangsa sendiri, tapi telah menghamba kepada (Amien Rais menggunakan singkatan) MTC.”

Amien menyebut, Jokowi telah melakukan tiga macam pembunuhan. Salah satunya, pembunuhan demokrasi.

Caranya dengan menguasaiseluruh anggota DPR, hingga seluruh anggotanya menjadi “yes man” dan “yes woman” terhadap apa saja yang diinginkan Jokowi.

Diakhir pemaparannya, Amien yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu tampil dalam bahasa dimensi keagamaan, berusaha menyadarkan pihak-pihak yang dia tuju.

“Sesungguhnya semua ini akan selesai kalau Pak Jokowi bicara tegas (tak bersedia dipilih lagi dan tak setuju perpanjangan Pemilu-red),” demikian Amien Rais. (bri)

 

.

 

 

 

 

 

 

Brilliansyah: