Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga. (foto: Humas KemenPPPA)
JAKARTA, Pewartasatu.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mendukung inisiasi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dan Asia Africa Chamber of Commerce (AACC) dalam memfasilitasi peningkatan kapasitas perempuan pengusaha dalam investasi, perdagangan, dan bisnis.
“Mewakili Pemerintah Republik Indonesia, saya haturkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada IWAPI dan AACC yang telah memfasilitasi para perempuan pengusaha dalam hal investasi, perdagangan dan bisnis. Pentingnya isu yang di bahas hari ini dikarenakan pandemi COVID-19 yang telah membawa dampak signifikan secara global, tidak hanya pada sektor kesehatan tetapi juga perekonomian.” ungkap Menteri PPPA pada acara Asian and African Women in Business, Investment and Trade di Jakarta.
Menteri PPPA memaparkan partisipasi perempuan dalam perekonomian di Indonesia telah meningkat secara signifikan. Di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), perempuan Indonesia berkontribusi terhadap perekonomian sebesar 61% dan hampir setengahnya dimiliki serta dikelola oleh perempuan. Hal tersebut menggambarkan potensi perempuan dalam bekerja dan berinvestasi sangat krusial, tidak hanya bagi kehidupan sehari-hari dan ketahanan keluarga, tapi juga kepada negara.
“Sebagai ekonomi terbesar di ASEAN, Indonesia perlu menerapkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dengan mengalokasikan dana yang cukup besar melalui PEN yang penerima manfaat dan programnya sebagian besar adalah perempuan, diharapkan dapat meringankan beban ekonomi yang cukup besar selama masa pandemi.” tutur Menteri PPPA.
Peran dan potensi perempuan dalam perekonomian sangatlah krusial, telah banyak perempuan yang berdaya secara ekonomi dan menempati posisi sebagai pemimpin. Namun, tidak sedikit juga perempuan yang masih kurang berdaya. UN Women menyebutkan salah satu faktor yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi perempuan adalah diskriminasi dalam pasar tenaga kerja. Diskriminasi dapat berupa akses terbatas ke sektor-sektor tertentu dan diskriminasi upah. Kesenjangan gender di pasar tenaga kerja bukan hanya menyebabkan berkurangnya pendapatan bagi perempuan, tetapi juga memengaruhi status perempuan dalam masyarakat, sehingga membuat posisi perempuan rentan dalam berkarir, apalagi dalam berbagai krisis ekonomi.
Lebih lanjut, Menteri PPPA menjelaskan sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dalam mencapai kesetaraan gender, KemenPPPA berfokus pada peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak yang sejalan dengan 5 (lima) isu prioritas arahan Presiden Joko Widodo, yaitu peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berspektif gender. Komitmen tersebut menempatkan pemberdayaan ekonomi perempuan di depan karena ketahanan ekonomi perempuan bukan hanya sekedar tentang mata pencaharian tetapi juga salah satu kunci untuk melindungi serta pemenuhan hak-hak dasar perempuan.
“Dengan perubahan pesat dalam perkembangan bisnis, penting untuk mempertimbangkan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam mencapai pekerjaan dan jenjang karir yang lebih baik di era digital. Untuk mencapai tujuan, kita harus memasukkan prinsip-prinsip pengarusutamaan gender dalam proses bisnis, serta menciptakan informasi pekerjaan yang dapat diakses, dan dukungan masyarakat untuk perempuan.” jelas Menteri PPPA.
Ketua Umum IWAPI, Nita Yudi menyampaikan peranan penting UMKM sebagai aktor penggerak ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja di negara-negara ASEAN. UMKM berkontribusi dalam menyumbangkan 42% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) di negara-negara ASEAN. Secara garis besar, UMKM berkontribusi terhadap nilai ekspor global dan regional, namun masih rendah dibandingkan dengan perusahan besar.
“Pelaku UMKM perlu meningkatkan daya saing satu sama lain dengan menelurkan ide-ide kreatif, produktifitas, serta mengasah keterampilan sehingga ketika permintaan mulai naik, kompetisi antar UMKM semakin lebih baik serta terciptanya lapangan pekerjaan. Diharapkan dengan adanya webinar dan sosialisasi yang diadakan oleh IWAPI dan AACC, dapat meningkatkan kapasitas para perempuan pelaku UMKM sehingga dapat berdiri mandiri secara ekonomi dan berperan besar sebagai aktor penggerak ekonomi keluarga juga negara,” pungkas Nita. (Maulina)