MenteriPPPA, Bintang Puspayoga. (Foto: Humas)
JAKARTA, Pewartasatu.com – Krisis akibat pandemi Covid-19 telah memperbesar kesenjangan gender yang ada dan kondisi ini membuat posisi perempuan menjadi semakin rentan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengungkapkan bahwa selama masa pandemi, perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak.
“Ada banyak persoalan yang dihadapi kaum perempuan saat pandemi. Banyak perempuan pekerja dirumahkan, atau bahkan diberhentikan, termasuk pekerja formal, informal, dan migran”tutur Menteri Bintang.
Sejumlah besar perempuan mengalami tantangan untuk menjadi tulang punggung keluarga karena suami mengalami pemecatan, terisolasi, atau meninggal dunia akibat Covid-19.
Selain itu, wirausaha perempuan juga terancam keberlanjutan usahanya yang disebabkan penjualan yang sangat menurun dan terjadinya kelangkaan diikuti oleh harga bahan mentah produksi yang mengalami kenaikan cukup tinggi,” ujar Menteri PPPA Bintang Puspayoga pada Side-Event G20 EMPOWER , Rebuilding Women’s Productivity Post Pandemic di Yogyakarta (18/05).
Menteri PPPA menegaskan bahwa potensi perempuan harus terus dikembangkan dan dimaksimalkan, tidak hanya demi ekonomi negara, tetapi juga demi ketahanan keluarga.
“Melalui ajang G20 EMPOWER ini kita semua kembali diingatkan untuk tidak pernah lelah bersama-sama memberdayakan perempuan, menjadi perempuan berdaya,” kata Menteri Bintang.
Selain itu lanjutnya, mendorong wirausaha perempuan untuk terus berinovasi dan melindungi perempuan, baik dari stigmatisasi, stereotypes, berbagai konstruksi sosial yang merugikan perempuan dan juga kekerasan berbasis gender.
“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap para advocates yang saat ini telah berjumlah 60 advocates yaitu para CEO atau pimpinan perusahaan yang memiliki komitmen penuh memperjuangkan partisipasi perempuan dan membuka jalan bagi perempuan menunjukkan potensi terbesar di dunia usaha,” tegas Menteri Bintang.
Sependapat dengan Menteri PPPA, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki menjelaskan bahwa pandemi menghasilkan kemunduran ekonomi dan dampaknya terlihat di UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
“Perempuan memiliki dan mengelola sekitar setengah dari sekitar 64,5 juta UMKM. Perlu menjadi catatan khusus bahwa UMKM adalah tulang punggung negara dan UMKM yang dikelola oleh perempuan mampu menyerap tenaga kerja yang banyak” ujar Teten.
Dalam masa pemulihan ini, sesuai dengan tema G20, “Recover Together, Recover Stronger” semua harus bersatu membuka solusi untuk pemulihan UMKM yang dikelola perempuan.
“Kami memiliki komitmen tinggi memberikan pelatihan seperti literasi digital, membuka akses finansial dan memastikan perempuan tidak tertinggal dalam setiap aspek pembangunan,” pungkas Teten Masduki.(**)