Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg saat menggelar konferensi pers. (Foto : AFP)
JAKARTA, Pewartasatu.com — NATO akhirnya merespons invasi Rusia ke Ukraina di hari ketiga invasi dengan berusaha mengausao beberapa instalasi penting Ukraina.
Kepala NATO, Jens Stoltenberg mengatakan akan menerjunkan pasukan untuk pertama kalinya demi memperkuat pertahanan Ukraina dari invasi Rusia.
“Apa yang telah kita lihat adalah bahwa pasukan Ukraina bertempur dengan berani dan benar-benar mampu menimbulkan kerusakan pada pasukan Rusia yang menyerang,” kata Stoltenberg setelah pertemuan dengan para pemimpin NATO, pada Jumat (25/2), sebagaimana dikutip dari CNA.
“Ini adalah invasi penuh ke Ukraina. Mereka bergerak menuju Kiev dan tujuannya adalah untuk mengubah pemerintah Ukraina,” tambahnya.
Stoltenberg memperingatkan bahwa invasi Rusia ini telah mengancam keamanan Eropa yang lebih luas di luar anggota non-NATO Ukraina. Untuk itu, pasukan NATO dan kekuatan udara diterjukan di sisi timur Ukraina.
Dia mengatakan sekutu juga telah mengaktifkan rencana pertahanan. Ribuan tentara NATO bahkan sudah bersiaga di darat, laut dan udara.
Menyoroti situasi genting tersebut, mantan Duta Besar RI untuk Ukraina Yuddy Chrisnandi mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mengambil langkah-langkah inisiatif menengahi konflik bersenjata Ukraina dan Rusia.
“Rusia dan Ukraina adalam negara sahabat Indonesia, sehingga jika kita merujuk pada Pembukaan UUD 1945, maka sudah selayaknya pemerintah segera berupaya untuk menghentikan serangan dan peperangan,” kata dia dalam dialog dengan Radio Elshinta, Sabtu (26/2) dini hari.
Yuddy menjelaskan Indonesia dengan prinsip-prinsip kedaulatan suatu bangsa, perdamaian dunia, kemanusiaan, serta kedudukannya sangat mungkin untuk menyampaikan hal itu kepada Presiden Vladimir Putin, sekalipun belum tentu memenuhi harapan.
“Tetapi, setidak-tidaknya kita sudah mengambil peran itu, sudah melakukan upaya yang diharapkan oleh dunia khususnya Ukraina dan negara-negara lain yang cinta damai. Kita sudah melaksanakan amanat konstitusi kita,” ujar Yuddy.
Yuddy menganggap Indonesia perlu segera bersuara berlandaskan prinsip hukum internasiona yang dilanggar Rusia. Setelah itu, Indonesia bisa mengirim misi diplomasi berbarengan dengan misi kemanusiaan untuk Ukraina.
Apalagi, Indonesia merupakan Presiden G20, di mana di dalamnya ada Rusia, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis, dan negara besar lain yang berkepentingan dengan ketertiban dunia. Yuddy menyebut Indonesia memiliki momentum yang sangat kuat dalam permasalahan ini. (jimas)