Paud di PLBN Skouw Muridnya Putra Putri Papua Nugini

Anak anak Paud di perbatasan mengenakan pakaian adat di upacara HUT RI ke78 di PLBN Skouw.(Foto:Ist).

 

 

JAKARTA, Pewartasatu.com – Tidak hanya sektor ekonomi dengan keberadaan Pasar Skouw yang menarik perhatian di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua.

Di pos perbatasan Indonesia-Papua Nugini dengan lokasi paling atas di Pulau Cendrawasih, didapati ada pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu PAUD Eirene. Makin menarik karena murid PAUD ini adalah anak-anak dari Papua Nugini, tepatnya dari Kampung Wutung, Distrik Vanimo.

Ketua Jemaat GKI Eirene PLBN Skouw, Pendeta Bastian Worobay, menjelaskan bahwa PAUD ini milik Yayasan Mosso Care Papua. Berdiri pada 2022, PAUD ini meluluskan angkatan pertama pada 2023.

Dikatakannya, , kehadiran PAUD yang ada di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini ini tidak sia-sia. Belasan anak-anak dari Kampung Wutung ikut belajar di sini. “Ada 20 anak (belajar) di PAUD Eirene. Di antara mereka, 19 anak berasal dari Papua Nugini dan satu anak dari Indonesia,” ungkap Bastian, 15/8/202.

Sejak didirikan hingga saat ini, kata Bastian, PAUD ini belum memiliki tempat tersendiri di PLBN Skouw.

Lihat Foto Yang dipakai sampai sekarang adalah ruangan di Gereja GKI Eirene, salah satu fasilitas keagamaan yang ada di PLBN Skouw.(Foto: Ist)

Bastian mengungkapkan, ia sangat terharu melihat semangat para siswa PAUD yang berasal dari Wutung yang sangat luar biasa.

Bagi Bastian, keberadaan PAUD dan minat belajar dari anak-anak negara tetangga merupakan poin positif bagi wajah Indonesia di bidang pendidikan.

Ingin anak-anak Papua Nugini bersekolah di Indonesia Ondoafi Perbatasan Wutung-Skouw, Stanis Tanfa Chilong, sangat mendukung keberadaan fasilitas pendidikan di PLBN Skouw.

Bahkan, dia mengaku berkeinginan anak-anak Papua Nugini di wilayah perbatasan belajar dan bersekolah di PLBN Skouw. “Saya ingin anak-anak Papua Nugini di perbatasan PLBN Skouw, terutama di Kampung Wutung, putra putrinya bisa bersekolah di sekolah di Indonesia, di sekitar daerah perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Skouw,” tutur Stanis

Stanis berharap, ke depannya, tidak hanya ada PAUD di PLBN Skouw, nantinya juga ada sekolah setingkat SD, SMP, dan SMA yang dibangun dan tersedia di area PLBN Skouw.

“Saya ingin anak-anak kampung dari Papua Nugini bisa melanjutkan sekolah di perbatasan wilayah Indonesia dan mereka bisa mendapatkan sertifikat atau jasa selama menempuh pendidikan tersebut,” lanjut Stanis

Sebagai tokoh adat, selaku ondoafi pemilik hak ulayat yang meliputi Wutung Papua Nugini dan Skouw Indonesia, dia tegas menyatakan dukungan terhadap pendidikan bagi warga perbatasan Indonesia dan Papua Nugini di kawasan PLBN Skouw.

Tak hanya itu, Stanis bahkan telah mempersiapkan lahan untuk dipakai menjadi lokasi fasilitas pendidikan di kawasan PLBN Skouw.

“Kami sudah siapkan tanah empat hektare untuk pembangunan sekolah di PLBN Skouw. Kami ingin anak-anak kami dari Papua Nugini juga bisa bersekolah di Indonesia dan menempuh pendidikan yang layak,” ungkap Stanis.

Bastian melanjutkan, para orangtua siswa PAUD Eirene memberikan apresiasi yang tinggi kepada para pengajar fasilitas pendidikan ini. Terlebih lagi, pengajaran yang dilakukan juga memakai dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Inggris Pijin (Pidgin).

Semakin istimewa lagi karena enam pengajar PAUD Eirene bekerja tanpa gaji, honor, ataupun uang penghargaan dari mana pun. (**)

Maulina Lestari: