Saiful Huda Ems (Foto:Instagram)
Oleh: Saiful Huda Ems.
Tidak ada hujan tidak ada panas, tiba-tiba reformis gadungan itu menyerukan gerakan people power untuk menjatuhkan Presiden Jokowi di sebuah acara di Solo beberapa hari lalu.
Entah atas perintah siapa reformis gadungan ini melontarkan provokasinya. Yang jelas, haqul yakin reformis gadungan ini sudah mulai sadar, bahwa ia sudah tua renta dan dinyatakan oleh sejarah telah gagal mewujudkan obsesi lamanya yang ingin jadi Presiden Republik Indonesia. Maka belakangan ia nampak lebih memilih peran sebagai “Sengkuni” daripada menjadi “Raja” yang sudah mustahil baginya untuk diraih.
Amien Rais di era menjelang Reformasi ’98, memang tokoh politik yang dahulu nyaris dapat memukau banyak orang. Saya sendiri pertamakali mengamati pemikirannya sejak tahun 1989 menjelang Perang Teluk I (1990-1991), ketika Irak menginvansi Kuwait dan kemudian diserbu oleh pasukan multi nasional pimpinan Amerika Serikat.
Saat itu pemikiran Amien Rais melalui opini-opini politiknya, banyak menghiasi media massa nasional dan daerah, mulai KOMPAS, Media Indonesia hingga Jawa Pos.
Namun dari situ saya sudah melihat inkonsistensinya pemikiran Amien Rais. Pertama ia menghujat Saddam Husein dengan menuduhnya sebagai politisi Syiah dan Komunis karena latar belakang Sadam yang didukung Partai Baath, akan tetapi setelah rakyat Indonesia banyak yang bersimpati pada Saddam Husein, Amien Rais tiba-tiba menjadi pendukung utama Saddam dan Irak di setiap opini politiknya.
Begitupun ketika pertamakali saya bertemu dengannya di Berlin dan Nuernberg Jerman mulai tahun 1992 hingga 1993, disana ia menggebu-gebu membela rezim Soeharto, namun di tahun 1995 dia mulai melawan Soeharto, padahal di tahun 1993 ketika dia saya ajak melawan Soeharto, di hadapan almarhum Bang Imaduddin Abdurrahim yang di sampingnya ada Ilham Habibie, saya dibilangnya terlalu berbahaya. Anehnya begitu bertemu sama saya di Bandung tahun 1997, saya diajaknya melawan Soeharto.
Inkonsistensi Amien Rais juga terlihat dengan sikapnya terhadap Prabowo Subianto. Di tahun 1998 Amien Rais gencar melawan Soeharto dan seluruh keluarga Cendana, termasuk Prabowo Subianto.
Maka tak heran Amien Rais pernah diancam mau dihabisi oleh Prabowo hingga batal melakukan aksi besar menjelang Reformasi ’98. Akan tetapi di Pilpres 2014 dan 2019, kita lihat bersama bagaimana Amien Rais habis-habisan mendukung Prabowo sebagai Capres.
Belum lagi dengan inkonsistensinya Amien Rais ketika mendukung Gus Dur jadi Capres kemudian malah melengserkannya. Ini semua yang membuat saya harus menyebut Amien Rais itu Reformis Gadungan.
Kita juga bisa pelajari di belakang gerakan Amien Rais dari waktu ke waktu, selalu saja ada bohir atau Konglomerat di belakangnya. Jika dahulu di belakangnya ada Fuad Bawazir kemudian Soetrisno Bahir, entah kemudian setelah itu berganti dengan konglomerat siapa lagi yang mendanai pergerakan Amien Rais ini.
Sekarang Amien Rais mulai beraksi lagi, sok-sok’an mau melakukan gerakan People Power untuk menjatuhkan Presiden Jokowi, memangnya Amien Rais itu masih mempunyai kekuatan apalagi selain bualan demi bualannya yang besar?
Di usianya yang tua renta seperti sekarang, harusnya Amien Rais lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah di Masjid, entah jadi imam sholat atau daftar jadi panitia penyembelih hewan kurban. Bukannya terus menerus memprovokasi orang untuk berbuat makar.
Amien Rais ini nampaknya lupa, bahwa Presiden Jokowi ini selain didukung oleh Panglima TNI, Kapolri dll. juga didukung oleh jutaan relawan pendukung militannya yang siap mempertahankan Pancasila, NKRI dan Pemerintahan Jokowi yang sah. Ada Panglima Perang Politik dari Relawan Jokowi, namanya Dr. Haidar Alwi, beliau ini mengkoordinir ratusan organ relawan militan pendukung Jokowi yang tidak dapat diremehkan.
Dan meskipun Bang Haidar Alwi (begitu biasanya kami memanggilnya) tidak terlalu di kenal di kalangan politisi, namun Bang Haidar Alwi ini sangat dikenal di kalangan aktivis pergerakan.
Sumbangsihnya terhadap pertahanan negara dari serangan faham-faham radikal dan intoleran, tidak kalah dibanding dengan apa yang sudah dilakukan oleh Menteri Pertahanan. Meski demikian, Bang Haidar tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati, dan jauh dari publikasi media, kecuali kami sendiri yang berusaha memunculkannya.
Pergerakan politik Bang Haidar Alwi ini unik, beliau tidak suka koar-koar seperti Amien Rais, namun sekali bergerak pengaruhnya bisa menembus berbagai sekat-sekat perkumpulan, mulai dari kalangan aktivis pergerakan, hingga jama’ah-jama’ah habib habaib. Mulai dari ormas-ormas kepemudaan, hingga ke ormas-ormas keagamaan. Dibandingkan dengan Amien Rais yang hanya besar bicaranya, Bang Haidar Alwi jauh melampaui pengaruhnya.
Maka sudah sewajarnya Amien Rais segera bertaubat, dan jangan ikuti jejak Denny Indrayana yang sekarang jadi gelandangan di Australia. Bela-belain SBY dan AHY, menuduh Presiden Jokowi hendak menjegal Anies Baswedan sebagai Bacapres 2024, eee…ternyata begitu diiming-imingi Puan Maharani untuk jadi Cawapresnya Mas Ganjar Pranowo, AHY langsung kabur merapat ke PDIP.
Jadi siapa yang mau menjegal Anies, Pak Jokowi atau tuannya Denny Indrayana yang bernama SBY?. Amien Rais dan Denny Indrayana harus faham siapa Pak Jokowi yang sesungguhnya, yang telah lama dibentengi oleh ribuan bahkan jutaan relawan militan dimana Bang Haidar Alwi menjadi Panglimanya…(**)
22 Juni 2023.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik.