Ragam

Peran KADIN Indonesia Semakin Kuat di World Economic Forum

JAKARTA, Pewartasatu.com – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia kembali menghadiri acara World Economic Forum (WEF) Annual Meeting di Davos yang
diselenggarakan pada tanggal 16 hingga 20 Januari 2023. Acara ini merupakan sebuah
kesempatan untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan lebih dari 2.700 pemimpin
negara, bisnis dan inovator dari 130 negara untuk membahas isu ekonomi global
dengan mengutamakan kerjasama antara pemerintah dan swasta.

Annual Meeting WEF yang ke 53 ini bertemakan “Cooperation in a Fragmented World” membahas arah globalisasi ditengah dampak dari pandemi Covid-19, perubahan iklim, ketidakpastian ekonomi global dan konflik antar negara yang berkepanjangan.
Pada kesempatan ini KADIN hadir sebagai representasi suara dari industri dan dunia bisnis di negara berkembang, menyuarakan pentingnya kolaborasi dan kerjasama antar negara maju dan berkembang untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tahun ini juga berbarengan dengan keketuaan KADIN di ASEAN Business Advisory Council yang mengusung tema ASEAN Centrality: Innovating towards Greater Inclusivity, menjadikan ASEAN sebagai poros perdamaian dan pertumbuhan ekonomi dunia.

Dalam Annual Meeting 2023, KADIN melalui perwakilannya Azis Armand selaku Wakil
Ketua Umum KADIN Indonesia juga berkesempatan mengupdate perkembangan sekaligus mempromosikan peluang investasi di Indonesia, terutama peluang investasi di IKN di sesi acara “Bold New Cities Take the Stage” bersama dengan Nadhmi Al Nasr, CEO dari NEOM, Saudi Arabia.

“Konsep IKN sebagai kota smart dan green membawa peluang yang besar bagi investor
global dan penyedia teknologi untuk berinvestasi di IKN. Kedua proyek besar ini digadangkan menjadi tolak ukur dunia dalam membangun peradaban baru yang terintegrasi, ramah lingkungan, dan sehat untuk penghuninya,” kata Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid.

Menurut Arsjad, IKN yang berlokasi di pulau Kalimantan di tengah hutan tropis akan menjadi sebuah kota yang cerdas, hijau, dan berkelanjutan serta berpotensi menjadi kota pertama yang memiliki tingkat karbon netral pada tahun 2045. Hal ini dikarenakan dilakukannya penanaman 15 juta pohon dan melestarikan 65% hutan di sekitar IKN.

Dia mengatakan kota ini bukan sekadar Ibu Kota negara, tetapi the forest city yang tidak dimiliki negara lain dengan pendapatan dari carbon credit.

Dengan memperhatikan berbagai aspek keberlanjutan yang dimiliki IKN, Indonesia juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, mulai dari 4.400 sungai yang bisa dimanfaatkan untuk PLTA, potensi panas bumi 29.000 megawatt. Gabungan dari semua potensi sumber EBT ini bisa mencapai 450.000 megawatt, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia di masa depan.

“Di IKN akan ada bangunan hijau yang didukung oleh 100% energi terbarukan, sistem pengelolaan limpasan air hujan berkelanjutan yang dapat mengurangi banjir, air minum yang mengalir dari keran, serta sistem angkutan massal yang cerdas, bersih, dan terintegrasi,” kata Arsjad.

Arsjad yakin, hal tersebut akan membuat investor semakin tertarik untuk berinvestasi
di IKN. Selain itu, IKN juga dapat menjadi tolak ukur bagi negara-negara lain dalam
membangun kota modern yang berkelanjutan.

Tak hanya itu, Indonesia juga berpotensi menjadi pemimpin Asia Tenggara dalam
transisi energi karena kekayaan alam di Indonesia sangat melimpah sehingga akan
mendukung usaha transisi energi. Hal ini tentunya akan menarik minat tinggi investor
karena kemajuan Indonesia bergerak seiring dengan tren konsumsi energi ramah
lingkungan.

“Jadi, kita memang perlu segera menjalankan ekonomi dan industri hijau yang berkelanjutan, salah satunya melalui transisi energi dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Indonesia memiliki semua sumber EBT yang potensinya sangat luar biasa besar,” ujarnya.

Sejalan dengan fokus WEF Annual Meeting 2023 untuk memperkuat kolaborasi antara
pemerintah dan swasta, Arsjad juga memberikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, pemimpin industri, asosiasi, dan elemen masyarakat karena berkat kolaborasi kita ini Indonesia dapat secara konsisten melakukan transisi energi yang adil, inklusif dan berkelanjutan.

“Selain itu, beberapa faktor kunci yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang memimpin transisi energi adalah kebijakan yang transparan, inovatif dan mampu menggaet investor untuk menanamkan modalnya dalam skema transisi energi,” pungkasnya.(**)JAKARTA, Pewartasatu.com – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia kembali menghadiri acara World Economic Forum (WEF) Annual Meeting di Davos yang

diselenggarakan pada tanggal 16 hingga 20 Januari 2023. Acara ini merupakan sebuah
kesempatan untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan lebih dari 2.700 pemimpin
negara, bisnis dan inovator dari 130 negara untuk membahas isu ekonomi global
dengan mengutamakan kerjasama antara pemerintah dan swasta.

Annual Meeting WEF yang ke 53 ini bertemakan “Cooperation in a Fragmented World” membahas arah globalisasi ditengah dampak dari pandemi Covid-19, perubahan iklim, ketidakpastian ekonomi global dan konflik antar negara yang berkepanjangan.
Pada kesempatan ini KADIN hadir sebagai representasi suara dari industri dan dunia bisnis di negara berkembang, menyuarakan pentingnya kolaborasi dan kerjasama antar negara maju dan berkembang untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tahun ini juga berbarengan dengan keketuaan KADIN di ASEAN Business Advisory Council yang mengusung tema ASEAN Centrality: Innovating towards Greater Inclusivity, menjadikan ASEAN sebagai poros perdamaian dan pertumbuhan ekonomi dunia.

Dalam Annual Meeting 2023, KADIN melalui perwakilannya Azis Armand selaku Wakil
Ketua Umum KADIN Indonesia juga berkesempatan mengupdate perkembangan sekaligus mempromosikan peluang investasi di Indonesia, terutama peluang investasi di IKN di sesi acara “Bold New Cities Take the Stage” bersama dengan Nadhmi Al Nasr, CEO dari NEOM, Saudi Arabia.

“Konsep IKN sebagai kota smart dan green membawa peluang yang besar bagi investor
global dan penyedia teknologi untuk berinvestasi di IKN. Kedua proyek besar ini digadangkan menjadi tolak ukur dunia dalam membangun peradaban baru yang terintegrasi, ramah lingkungan, dan sehat untuk penghuninya,” kata Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid.

Menurut Arsjad, IKN yang berlokasi di pulau Kalimantan di tengah hutan tropis akan menjadi sebuah kota yang cerdas, hijau, dan berkelanjutan serta berpotensi menjadi kota pertama yang memiliki tingkat karbon netral pada tahun 2045. Hal ini dikarenakan dilakukannya penanaman 15 juta pohon dan melestarikan 65% hutan di sekitar IKN.

Dia mengatakan kota ini bukan sekadar Ibu Kota negara, tetapi the forest city yang tidak dimiliki negara lain dengan pendapatan dari carbon credit.

Dengan memperhatikan berbagai aspek keberlanjutan yang dimiliki IKN, Indonesia juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, mulai dari 4.400 sungai yang bisa dimanfaatkan untuk PLTA, potensi panas bumi 29.000 megawatt. Gabungan dari semua potensi sumber EBT ini bisa mencapai 450.000 megawatt, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia di masa depan.

“Di IKN akan ada bangunan hijau yang didukung oleh 100% energi terbarukan, sistem pengelolaan limpasan air hujan berkelanjutan yang dapat mengurangi banjir, air minum yang mengalir dari keran, serta sistem angkutan massal yang cerdas, bersih, dan terintegrasi,” kata Arsjad.

Arsjad yakin, hal tersebut akan membuat investor semakin tertarik untuk berinvestasi
di IKN. Selain itu, IKN juga dapat menjadi tolak ukur bagi negara-negara lain dalam
membangun kota modern yang berkelanjutan.

Tak hanya itu, Indonesia juga berpotensi menjadi pemimpin Asia Tenggara dalam
transisi energi karena kekayaan alam di Indonesia sangat melimpah sehingga akan
mendukung usaha transisi energi. Hal ini tentunya akan menarik minat tinggi investor
karena kemajuan Indonesia bergerak seiring dengan tren konsumsi energi ramah
lingkungan.

“Jadi, kita memang perlu segera menjalankan ekonomi dan industri hijau yang berkelanjutan, salah satunya melalui transisi energi dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Indonesia memiliki semua sumber EBT yang potensinya sangat luar biasa besar,” ujarnya.

Sejalan dengan fokus WEF Annual Meeting 2023 untuk memperkuat kolaborasi antara
pemerintah dan swasta, Arsjad juga memberikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, pemimpin industri, asosiasi, dan elemen masyarakat karena berkat kolaborasi kita ini Indonesia dapat secara konsisten melakukan transisi energi yang adil, inklusif dan berkelanjutan.

“Selain itu, beberapa faktor kunci yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang memimpin transisi energi adalah kebijakan yang transparan, inovatif dan mampu menggaet investor untuk menanamkan modalnya dalam skema transisi energi,” pungkasnya.(**)

Leave a Comment