JAKARTA, Pewartasatu.com — Ketua Umum PartaiNegoro, Faizal Assegaf mengatakan permintaan maaf Presiden Joko Widodo kepada publik adalah bentuk kemunafikan menjelang lengeser pada Oktober 2024 nanti.
Tudingan itu diucapkan Faizal menyikapi permintaan maaf Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini atas kekhilafan selama 10 tahun memimpin negeri ini.
“Tidak ada yang sempurna di dunia kecuali kekuasaan Allah Swt,” ujar Jokowi.
Alhasil, permintaan maaf tersebut malah menuai tanggapan negatif dari berbagai kalangan termasuk Ketua Umum Partai Negoro, Faizal Assegaf yang menyebut Jokowi sebagai penguasa yang sudah terbukti berulang kali berbohong.
“Penguasa yang terbukti berkali-berkali membohongi publik sangat diragukan bersikap jujur memohon maaf pada rakyat secara tulus,” kata Faizal dalam keterangannya, Sabtu (2/8/2024).
Faizal mengatakan sangat sulit menemukan sikap jujur Jokowi dalam bernegara. Sebab kebohongan dan Jokowi adalah senyawa yang kental dan tak terpisahkan, imbuhnya.
Oleh sebab itu, Faizal menegaskan, berdasar pada kebohongan dan kebohongan tersebut rakyat Indonesia tidak akan percaya pada ketulusan permintaan maaf Jokowi di ruang publik.
“Justru sebaliknya, rakyat semakin melihat pernyataan maaf Jokowi sebagai puncak dari ekspresi kebohongan jelang lengser dari kekuasaan,” jelasnya.
“Bagaimana mungkin Jokowi yang berbakat dan hobi berbohong seketika berbalik menjadi pribadi yang jujur? Itu mustahil dan hanyalah intrik politik pencitraan,” tegas dia.
Kata Faizal, Jokowi sadar bahwa dirinya kelak turun dari kekuasaan akan menuai banyak tuntutan dan bersuara keras mendesak Jokowi diadili.
Hal inilah yang membuat Jokowi ketakutan dan berupaya menggunakan modus basa-basi pidato permohonan maaf sebagai jurus tipu-menipu di ujung kekuasaannya.
“Watak kebohongan Jokowi adalah akar masalah dan telah menimbulkan daya rusak dalam bernegara. Tidak bisa dihapus dengan kebohongan melalui drama permohonan maaf. Itu modus perilaku jahat dan licik,” pungkasnya. (**)