JAKARTA, Pewartasatu.com – FIFA secara resmi telah membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20. Menurut Juru Bicara Partai Kebangkitan Bangsa, Mikhael Sinaga, batalnya gelaran tersebut menghancurkan mimpi pesepakbola muda yang sudah bersiap sejak tahun lalu.
“Persiapan sudah dilakukan, pemain muda kita juga sangat antusias. Namun jelang beberapa bulan berlangsung FIFA justru membatalkan, apa tidak menghancurkan mimpi pesepakbola kita namanya,” kata Mikhael dalam rilisnya, Kamis (30/3).
Menurut Mikhael, Indonesia sedang berusaha memulihkan citra sepakbola Indonesia setelah tragedi Kanjuruhan, terutama dengan menyelenggarakan Piala Dunia U 20 tetapi malah dipakai jadi gorengan isu politik menjelang tahun Pemilu. “Akibatnya Indonesia masuk headline sepakbola dunia dengan berita negatif lagi,” sesalnya
Dirinya pun mengajak generasi muda semakin bijak melihat kelakuan sebenarnya politisi dan siapa yang benar-benar berpihak pada perkembangan sepakbola Indonesia
“Kita sedang krisis tokoh nasional yang benar-benar berpihak pada anak muda. Kebanyakan hanya memikirkan kelompoknya sendiri lalu kita semua yang jadi korban,” tutupnya.
Kenakan Pita Hitam
Sementara Rasa sedih yang mendalam harus dialami para penggawa Garuda Muda akibat pembatalan Piala Dunia U-20. Tunas-tunas muda memendam rasa kecewa lantaran tak bisa berlaga di pentas dunia.
“Perasaan kita tentu sangat sedih dan kecewa. Kita sudah latihan bersama sekitar dua tahun tapi apa boleh buat, kejadian ini buat mimpi kita terkubur,” ujar salah satu pemain Timnas U-20 Kadek Arel Priyatna dalam acara bincang-bincang di MNC News bertajuk “Jeritan Hati Pemain Timnas U-20” di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Kadek yang datang bersama pemain timnas U-20 lainnya, Hugo Samir, kompak mengenakan pita hitam tepat di lengan sebelah logo Garuda. Raut wajah keduanya begitu muram dan kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan rada kecewa yang mendalam.
Ia menyebut pita hitam merupakan tanda bahwa telah terkuburnya mimpi anak muda Indonesia untuk bisa berlaga di pentas dunia.
“Ini kita memakai simbol pita hitam, simbol duka cita terhadap Piala Dunia U-20 yang batal. Kita berharap para suporter juga bisa menggunakannya (pita hitam),” ajak Kadek.
Ia mengatakan pengumuman pembatalan merupakan momen yang sangat menyedihkan bagi seluruh skuad Timnas U-20. Para pemain dan seluruh official, ucap Kadek, tak kuasa menahan tangis saat mendapat informasi pembatalan.
Bagi Kadek, hal ini kian menyakitkan lantaran salah satu pihak yang menolak ada Gubernur Bali I Wayan Koster. Kadek tidak menyangka kepala daerahnya justru malah menghambat mimpi anak-anak muda Indonesia untuk bisa bersaing di pentas dunia.
“Jujur saya kaget, kepala daerah saya sendiri yang menolak Israel. Seharusnya itu kan bisa menambah wawasan wisatawan tentang Bali di mata dunia,” kata Kadek.(**)