JAKARTA, Pewartasatu.com– Anggota DPR RI dari Dapil II Provinsi Sumatera Barat, Hj Nevi Zuairina meminta agar santri menyesuaikan diri dengan zaman kekinian untuk dapat melebur dalam era yang serba digital tetapi harus tetap membawa panji-panji Islam yang berpedoman kepada Alquran.
Permintaan itu disampaikan Nevi saat perayaan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Yaqin, Bukit Kandih, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Kamis (22/10).
“Saya meminta santri terus memegang Alqur’an ya. Apapun keadaanya segala rujukan adalah Al Qur’an di tangan sehingga mental Iman dan Taqwa akan senantiasa terpatri pada diri kita semua untuk menyongsong SDM masa depan yang semakin Sholeh, santun, bijak dan berwibawa,” tutur Nevi.
Dari data kementerian yang dia dapat per Februari 2020, jumlah Santri di Indonesia sekitar 18 juta orang dengan pengajar dan pendidik sekitar 1,5 juta orang. Tentunya angka ini bisa lebih besar karena banyak santi yang tidak terdata. Sedangkan santri yang mondok di Ponpes sekitar 5 juta santri yang tersebar di sekitar 28 ribu pesantren di Indonesia.
Dikatakan anggota Komisi VI DPR itu, sejarah telah mematri, 22 Oktober merupakan momentum keluarnya Resolusi Jihad yang dicetuskan KH Hasyim Asy’ari di Surabaya. Resolusi itu guna mencegah tentara kolonial Belanda dan ini adalah bentuk ulama dan santri mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi jihad ini melahirkan peristiwa heroik 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.
Begitu berharganya para ulama dan santri perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, lanjut Nevi, sehingga bangsa ini wajib memberikan penghormatan dan apresiasi yang tinggi kepada para santri, diantaranya mengambil spirit dari kepeloporan santri dalam berjuang memerdekakan Republik Indonesia.
“Aktualisasi peran santri yang paling penting dan utama saat ini adalah bagaimana penjagaannya terhadap karakter kebangsaan. Kaum santri harus terdepan dalam menjaga dan menumbuhkan karakter bangsa yang relijius, berperikemanusiaan, bersatu dan berkeadilan sesuai dengan jiwa dan semangat pancasila,” jelas Nevi.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini meminta para santri tidak terbawa tarikan kepentingan pragmatis, karena itu jelas mengorbankan wibawa perjuangan dan peran kaum santri. Kaum santri harus bergerak dan berperan dalam tataran high politik atau politik kebangsaan. Melihat setiap dinamika bangsa dengan kejernihan pikiran dan kelapangan hati dalam bimbingan tauhid sehingga tindakan senantiasa mendatangkan maslahat untuk umat.
“Saya berharap agar kaum santri semakin aktif dalam mengambil peran-peran nyata dalam kehidupan masyarakat, pemerintahan, maupun sektor swasta. Kami di DPR pun akan mendorong kepada pemerintah agar negara tetap memberikan afirmasi dan ruang kreasi seluas-luasnya sebagai bentuk apresiasi atas peran sejarah kaum santri,” demikian Hj Nevi Zuairina. (fandy)