Rocky Gerung Puji Hasto Kristiyanto, PDIP Harusnya Juga Minta Maaf

Massa  berdemontrasi di Mapolda Sumatera Utara, terkait penyataan Rocky Gerung.//Foto: telisik.id

JAKARTA. Pewartasatu.com — Pengamat politik Rocky Gerung menilai bagus sikap atau respon Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, yang memahami permintaan maaf Rocky yang disampaikan secara terbuka di depan umum. Tetapi cendekiawan ini tegas menyatakan,  permintaan maafnya adalah untuk kegaduhan.

“Tetapi saya tidak minta maaf (kepada) apa yang saya ucapkan sebagai kritik saya terhadap Presiden Jokowi,” kata Rocky melalui tayangan posdcast Rocky Gerung Official yang dipandu Hersubeno Arief dari Forum News Networ dikutip Pewartasatu.com, Minggu pagi (6/8).

“Bagus, bagi saya tidak soal itu, karena problema saya bukan dengan PDIP,” ujar Rocky.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Rocky menyatakan dia hanya bermasalah dengan kebijakan Jokowi sebagai presiden.Itu jelas, tidak mungkin dia menarik itu. Tetapi, PDIP mengklaim yang tersinggung adalah kader partainya, Jokowi sebagai kader.

“Yang saya mau jelaskan adalah, keketatan dalam melihat persoalan politik juncto ketatanegaraa,” ujar mantan pengajar Universitas Indonesia itu.

“Jadi kalau PDIP mengerti itu, mestinya dia (Hasto?) juga melakukan seperti apa yang saya lakukan, meminta maaf karena telah menimbulkan kehebohan,” jelas Rocky Gerung.

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, Sabtu (5/8) merespons permintaan maaf yang diucapkan Rocky Gerung kasus “bajingan tolol” yang mereka duga telah menghina Presiden Joko Widodo.

“Ya, budaya Timur kita kan sebagai insan yang bertakwa kepada Tuhan. saling memaafkan itu kan bagus, maaf memaafkan,” kata Hasto saat ditemui wartawan di Sekolah DPP PDIP, Jakarta.

Rocky sebelumnhya sudah melontarkan permintaan maaf itu lantaran telah menimbulkan kegaduhan dan perselisihan di masyarakat. Hasto pun menyebut ucapan maaf yang disampaikan Rocky telah mencerminkan budaya ketimuran masyarakat Indonesia.

Menjawab pertanyaan Hersubeno Arief dari FNN, menurut Rocky PDIP juga harus meminta maaf karena partai itu telah mempersekusi dirinya. Karena hal itu menurut dia, juga akan dicatat sejarah. Seorang kader PDIP menghalangi kebebasan berbicara, yang menurutnya juga ajaib.

“Tapi saya baca itu, PDIP masih mengelak, bukan menghalangi. Padahal jelas-jelas itu ada rekamannya,” lanjut Rocky.

Hal itu menurut dia harus diverifikasi kepada Hasto Kristiyanto supaya PDIP jangan dicatat sejarah sebagai partai yang menghalanginya masuk kampus.

Dia mengatakan, mahasiswa akhirnya, seluruh BEM (maksudnya Badan Eksekutif Mahasiswa di kampus-kampus)se-Indonesia tahu masalah itu. Dan itu merugikan PDIP.

“Kita tak ingin PDIP ditenggelamkan hanya karena strategi soal yang kemarin itu…apalagi bendera PDIP itu dibakar mahasiwa, saya tak menginginkan persoalan ini.”

Meskinya menurut Rocky, perselisihan semacam ini dapat diselesaikan melalui argumentasi.”Kalau mau dilanjutkan ke ranah hukum OK. Tapi jangan karena massa, lalu berlanjut ke ranah hukum.”

Dia bagian lain wawancaranya, Rocky juga mengatakan, orang tahu yang pertama-tama melaporkan dia (ke polisi) adalah PDIP, dan itu kemudian memicu yang lain ikut melaporkan Rocky Gerung (ke polisi). Pernyataan ini kemudian yang diluruskan Hersubeno Arief yang menyatakan yang pertama melaporkan Rocky adalah para relawan.

Rocky menytakan, mesti fair dalam soal itu. Supaya Hasto juga mengerti bahwa ini adalah perselisihan politik antara dia dan Presiden ke-7 RI.

“Kenapa begitu? Karena perselisihan saya dengan presiden ke-6 juga saya berselisih itu, bahkan video-video saya dengan SBY beredar lagi. Demikian juga perselisihan saya dengan Gus Dur,” lanjut Rocky.

Menurut dia, yang terjadi adalah perselisihan antara warga negara dengan pemimpin negara. Namun sekarang yang terjadi malah pembelahan di antara warga negara. “Mana mungkin secara etis terjadi ada warga negara yang menghalangi warga negara lain berbicara.Saya harsnya tidak dihalangi untuk berbicara.”

Begitu pun Rocky menyatakan memahami apa yang terjadi. Petanya bisa dibaca siapa mengerahkan siapa demi kepentingan apa.**

 

Brilliansyah: