Sekertaris Islamic Center Bekasi Kecam Rektor ITK sebagai Islamophobia

Profesor Prof.Budi Santosa Purwokartiko dan unggahannya di media sosial. /foto: twitter @ismailfahmi

JAKARTA. Pewartasatu.com — Pernyataan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof.Budi Santosa Purwokartiko, yang menyebut wanita berhijab dengan manusia gurun dinilai sebagai sebuah serangan terhadap Islam.

Pernyataan rektor ITK itu, merupakan bagian dari realitas makin gencarnya serangan Islamo Phobia di Indonesia. “Tidak aneh dan saya yakin ini bukan yang terakhir,” kata Sekertaris Yayasan Islamic Center Bekasi, Amin Idris menjawab Pewartasatu.com, Minggu 1 Mei 2022.

Islamo phobia itu menyerang ajarannya, menyerang simbol simbol dan organisasinya, lalu yang ketiga menyerang tokoh atau orangnya.

“Yang dilakukan rektor ITK adalah menyerang ajarannya yakni hijab dan simbolnya yakni fashion atau pakaian,” ujar Amin lebih lanjut.

Sejak dua hari belakangan ini, Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof.Budi Santosa Purwokartiko dikecam banyak pihak karenan unggahannya di media social yang dianggap menyerang atribut Islam.

Bahkan seharian kemarin, Minggu 1 Mei 2022, tagar (#)BudiSantosaProfesorRasis menjadi trending topic di media social twitter, Minggu 1 Mei 2022.

Kemunculan # BudiSantosaProfesorRasis ini juga diikuti dengan dimunculkannya kembali jejak digital Rektor ITK tersebut Agustus 2019 lalu oleh warganet.

Jejak digital itu si professor ini mengejek siswi yang tidak mau berjabat tangan dengan dosennya dan menyamakan sikap seperti itu sebagai ajaran manusia ganas.

Politisi Gerindra, Fadli Zon Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof.Budi Santosa Purwokartiko “terpapar Islamofobia”.

Amin Idris menilai, pernyataan rektor itu merupakan bagian dari politik adudomba yang dilakukan musuh islam. Mereka membenturkan sesama umatnya Islam.

“Mereka gunakan mulut umat Islam untuk menyerang Islam. Ini harus disadarkan, bangunkan kembali semangat ukhuwah Islam. Jangan mau diadu domba.”

Gerakan memusuhi Islam , menurut Amin Idris, memang sudah ada sejak awal kekhalifahan Rasulullah, SAW. Tapi sifatnya personal dan dalam skala kecil.

Saat ini gerakan Islam phobia sudah kuat karena mendapat perlindungan dari penguasa. Sehingga para penyerang Islam merasa aman karena mendapat perlindungan.

Kendati demikian Amin Idris mengemukakan, melawan mereka (kelompok Islamo phobia) tak perlu dengan kekerasan. Tidak ada satupun ajaran Rasulullah untuk melawan para pembenci Islam ini dengan kekerasan.

“Tapi jika dia Muslim rangkul dan beri penalaran. Jika kafir beri edukasi tentang Islam yang sebenarnya.”

Perang adalah jalan terakhir kalau memang mereka telah memulai. Pada titik tertentu umat Islam pun tidak akan diam jika ajarannya, simbol simbol dan organisasinya atau tokoh tokoh panutannya terus dibiarkan terdzolimi.

“Karena itu sebelum terlambat sebaiknya pemerintah segera ambil peran dan bersikap adil, tidak diskriminatif terhadap umat Islam,” demikian Sekertaris Yayasan Islamic Center Bekasi itu.**

Brilliansyah: