TNI Harus Netral Dalam Kontestasi Pilpres

Ketua Dewan Pembina (Ka Wanbin) Bintang Mercy Perubahan (BMP) Fachrul Razi, dan Anggota Dewan Pembina BMP Hengky Lubtungan Mercy melepas Fikry dari Markas Pemenangan AMIN menuju JIS, (Foto: Maulina)

 

 

 

JAKARTA, Pewartasatu.com –Ketua Dewan Pembina (Ka Wanbin) Bintang Mercy Perubahan (BMP) Fachrul Razi dalam sambutannya di acara Guyub Bersama AMIN di Markas Pemenangan AMIN mengatakan TNI harus netral dan tidak berpihak pada Paslon tertentu.

Singgung syarat menjadi pemimpin,Fachrul Razi mengatakan harus amanah dan adil. Secara tegas dia menunjuk bahwa semua sifat tersebut ada pada sosok Anis Rasyid Baswedan.

Karena peran seorang pemimpin dituntut keadilan nya agar tidak ada keberpihakan pada agama manapun yang ada di negeri tercinta Indonesia.

Terkait dengan berbeda agama di Indonesia, menurut Razi tidak perlu dikhawatirkan lagi, ditampuk pimpinan Presiden nya Anis, semua agama akan diperhatikan. “Jadi gak usah ragu lagi, pilih Anis-Muhaimin, tegasnya.

Usai acara Guyub Bersama AMIN, Fachrul Razi bersama Anggota Dewan Pembina BMP, Hencky Luntungan melepas Rifky Hamdan (52) warga Cirebon pegowes sepeda dari Cirebon menuju JIS sebagai Ikon pemenangan AMIN.

Rifky merupakan pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden (Capres dan Cawapres Anies Baswedan -Muhaimin Iskandar menjadi Ikon di acara Kampanye Akbar di Jakarta Internasional Stadiun(JIS), di Jakarta Utara, Sabtu, 10/2/2024.

Fikri, akan mengelilingi JIS memberikan selebaran pemenangan dan meneriakan yel yel pemenangan Amin seperti yang dia lakukan sepanjang rute Cirebon-Jakarta.

Mohammad Sukri, Ketua Presidium Bintang Mercy Perubahan mengatakan, bahwa perjalanan yang dilakukan Fikri merupakan simbol contoh Perubahan
Rakyat menginginkan perubahan yang nyata, dan Perubahan itu dicerminkan oleh Fikri dengan perjalanan yang berliku untuk melewati kesulitan transportasi.

Sukri percaya masih banyak Fikri Fikri lain, yang menginginkan perubahan.

“Ayo jangan ragu pilih capres dan Cawapres nya pasion no.1, Anis-Muhaimin,” pungkasnya.(***)

Maulina Lestari: