Usulan Jabatan Presiden Tiga Periode dan Budaya Menjilat

Aswan Bayan (Foto : Ist)

Oleh : Aswan Bayan,
Pemred Pewartasatu.com

ALKISAH, seorang lelaki bernama Yunus bin Ya’qub mendatangi Imam Ja’far Ash-Shadiq RA sambil berkata, Berikanlah tanganmu padaku karena aku hendak menciumnya. Imam Ja’far Ash-Shadiq memberikan tangannya dan lelaki itu pun dengan leluasa menciumnya. Kemudian lelaki itu melanjutkan permintaannya, dekatkanlah kepalamu. Imam Ja’far pun mendekatkan kepalanya dan lelaki itu menciumnya.

Tak puas sampai di situ, lelaki itu berkata, berikan kakimu karena aku ingin menciumnya juga. Imam Ja’far Shadiq dengan nada tidak senang berkata, aku bersumpah bahwa setelah mencium tangan dan kepala maka anggota tubuh yang lain tidak layak untuk dicium.

Kondisi perpolitikan Indonesia saat ini hampir mirip dengan kisah tersebut diatas. Entah apa yang ada di hati dan pikiran para politisi sehingga membuat wacana dengan usulan jabatan presiden tiga periode, pemilihan presiden di tunda, perpanjangan waktu jabatan presiden. Sementara presiden Joko Widodo sendiri dengan kesatria menolak usulan tersebut.

Dalam berbagai kesempatan Presiden Jokowi mengatakan, kita harus menghormati aturan yang membatasi masa jabatan presiden hanya dua periode. Presiden Joko Widodo jelas mengatakan menampar muka saya, menjorokkan saya kalau usulan tiga periode untuk masa jabatan presiden.

Kisah Yunus bin Ya’qub yang ingin menjilat pemimpin agamanya, agar dengan cara itu dia mendapatkan pengakuan ketaatan dan ketulusan dari pemimpinnya.Tapi sayang, dia berhadapan dengan seorang pemimpin yang tidak hanya tidak mau dijilat, tapi juga melarang segala bentuk penjilatan.

Seorang penjilat sesungguhnya sedang membohongi dirinya sendiri. Apa yang dilakukannya berbeda dengan hati nuraninya. Seorang penjilat rela melakukan apa saja dengan cara berlebihan demi mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang yang dijilatnya.

Bangsa indonesia adalah bangsa besar, bangsa yang terhormat, bangsa yang memilik harga diri sehingga budaya menjilat seharusnya dibuang jauh-jauh. Para pahlawan indonesia mengusir penjajah karena menjunjung tinggi kemuliaan dan kehormatan bangsa. Sedangkan penjilat berusaha menghinakan dirinya dan meruntuhkan harkat dan martabat bangsa indonesia.

Mari kita bangun bangsa ini dengan kehormatan. Menjalankan konstitusi dengan baik dan benar oleh pemerintahan presiden Joko Widodo saat ini akan berdampak positif dan elegan untuk generasi bangsa dimasa yang akan datang. (**)

Maulina Lestari: