Featured Hukum Politik

Ancaman Terhadap Warga Muhammadiyah, Anwar Abbas: Serahkan Polisi

Tokoh Muhammasiyah, Anwar Abbas menyatakan tak perlu ada pertemuan dengan peneliti BRIN yang mengancam membunuh  warga Muhammadih. Serahkan polisi saja. //Foto: Istimewa.

JAKARTA. Pewartasatu.com — Anggota PP Muhammadiyah masa bakti 2022-2027 Anwar Abbas menganggap pernyataan peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin sudah masuk ranah pidana.

Ia memandang tak perlu ada pertemuan antara Muhammadiyah dengan yang bersangkutan. Anwar menyerahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian.

“Karena sudah menyangkut masalah pidana maka Muhammadiyah menyerahkan saja sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk menyelesaikan masalahnya,” ujar Anwar kepada CNN Indonesia.com melalui pesan tertulis, Senin (24/4).

“PP Muhammadiyah saya rasa tidak merasa perlu bertemu dengan pelaku tindak pidana tersebut. Biarkan saja yang bersangkutan bertemu dengan pihak kepolisian sebagai penegak hukum,” sambungnya.

Pernyataan ini merespons Andi Pangerang yang menyatakan bakal berupaya duduk bersama PP Muhammadiyah untuk mengklarifikasi dan menyampaikan permohonan maaf.

“Betul itu percakapan saya dengan beliau [Thomas Djamaludin]. Saat ini saya sedang mengupayakan pertemuan dengan Muhammadiyah untuk klarifikasi sekaligus permohonan maaf,” kata Andi.

Berbagai reaksi dari kalangan Muhammadiyah muncul atas ancaman yang dilontarkan seorang peneliti BRIN ini. Termasuk dari berbagai daerah.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir meminta warga Muhammadiyah agar tak terpancing atas ancaman pembunuhan Andi Pangerang itu.

“Warga Muhammadiyah agar tetap bijak, dewasa, dan tidak terpancing dengan berbagai cemoohan, sinisme, tudingan, hujatan, kritik yang menyerang, hingga ada oknum yang mengancam secara fisik terkait perbedaan pelaksanaan Idul Fitri 1444 H,” kata Haedar dalam pernyaan resminya.

Nama Andi menjadi perbincangan publik lantaran komentarnya bernada ancaman pembunuhan terkait perbedaan metode penetapan hari lebaran 2023 atau 1 Syawal 1444 Hijriah.

“Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian,” tulis Andi di Facebook.

Komentar Andi itu membalas pendapat peneliti BRIN lainnya yaitu Thomas Jamaluddin.

Andi mengakui Muhammadiyah merupakan saudara seiman dan rekan diskusi keilmuan dengan BRIN. Namun, kini BRIN sudah menganggap jemaah Muhammadiyah sebagai musuh dalam hal keilmuan progresif, termasuk dalam perbedaan penetapan hari Idulfitri 1444 Hijriah.

“Kalian Muhammadiyah, meski masih jadi saudara seiman kami, rekan diskusi lintas keilmuan tapi kalian sudah kami anggap jadi musuh bersama dalam hal anti-TBC (takhayul, bidah, churofat) dan keilmuan progresif yang masih egosektoral. Buat apa kalian berbangga-bangga punya masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan kami kalau hanya egosentris dan egosektoral saja?”

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko sudah buka suara dan menyatakan akan mengonfirmasi informasi tersebut. BRIN, terang dia, akan memproses Andi apabila terbukti.

“Apabila penulis komentar tersebut dipastikan ASN BRIN, sesuai regulasi yang berlaku BRIN akan memproses melalui Majelis Etik ASN, dan setelahnya dapat dilanjutkan ke Majelis Hukuman Disiplin PNS sesuai PP 94/2021,” ucap Handoko.

Sumber: CNN

 

 

 

 

 

Leave a Comment