Ari Dwipayana: Pemuda Harus Jadi Solusi bagi Persoalan Sosial yang Mengemuka

JAKARTA, Pewartasatu.com – Guna memperkuat kapasitas profesional dan mengembangkan semangat kewirausahaan (entrepreneurship), para pemuda harus menjadi solusi bagi persoalan-persoalan sosial yang mengemuka.

Hal ini disampaikan Koordinator Staf Khusus Presiden RI Ari Dwipayana sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (23/7/2021).

Hal itu disampaikan Ari saat menjadi pembicara kunci dalam seminar kepemudaan yang digelar Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta bertajuk We Are Youth, We Are Future.

Menurut Ari, aksi-aksi edukasi, pemberdayaan, dan advokasi merupakan bentuk panggilan sosial yang bisa ditempuh para pemuda. Dengan aksi-aksi tersebut para pemuda bisa berbagi literasi, mendukung kemandirian komunitas, bahkan mendorong kebijakan yang selaras dengan isu-isu kebangsaan, kemanusiaan, dan konservasi lingkungan.

“Yang tak kalah penting, yaitu lead by example (memimpin dengan memberikan contoh). Para pemuda bisa memanifestasikan pandangan dan nilai kebangsaan, kemanusiaan, serta konservasi lingkungan dalam cara hidup sehari-hari,” papar Ari.

Pada kesempatan itu ia juga mengimbau para pemuda Indonesia agar membekali diri mereka dengan kompetensi masa depan agar tidak menjadi korban dari era disrupsi.

Menurut Ari, kompetensi masa depan tersebut terdiri atas tiga kompetensi dasar, yakni mampu berpikir kritis, memiliki daya cipta atau kreativitas, dan dapat berkolaborasi.

“Critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), dan collaboration (kolaborasi) adalah kompetensi dasar yang harus dikuasai agar para pemuda tidak hanya menjadi korban disrupsi. Tapi sebaliknya, mereka bisa menjadi disruptor yang turut menentukan arah perubahan,” tukasnya.

Lebih jauh ia mengatakan, kompetensi dasar di masa depan penting dimiliki para pemuda di Tanah Air agar mampu bersaing di tengah ekosistem persaingan dalam mendapatkan lapangan kerja yang semakin ketat atau hiperkompetisi.

“Akses lapangan kerja, akan diperebutkan bukan hanya di antara para pencari kerja di suatu negara, melainkan diperebutkan negara-negara di seluruh dunia,” ujarnya.

Di samping itu, kata dia, tren pengembara digital (digital nomad) mulai menjamur di seluruh dunia, yakni kondisi ketika para pekerja bisa bekerja di mana saja tanpa terbatas sekat negara.

Ari menyampaikan sebagaimana yang dimuat dalam kajian World Economic Forum, kemunculan era disrupsi yang dipicu Revolusi Industri 4.0 mengakibatkan pengetahuan, keterampilan, dan pekerjaan lama tergusur pengetahuan, keterampilan, dan pekerjaan baru yang muncul karena pengaruh perkembangan teknologi.

“Para pelaku bisnis memproyeksikan pada tahun 2025, porsi pekerjaan rutin atau redundant roles akan berkurang dari 15 persen menjadi 9,4 persen atau turun 6,4 peran karena perannya digantikan teknologi,” papar Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud ini.

Di sisi lain, tambah dia, porsi pekerjaan profesional akan meningkat dari 7,8 persen menjadi 13,5 persen atau naik 5,7 persen seiring dengan penggunaan teknologi baru.

“Dengan demikian, hingga tahun 2025, diperkirakan akan ada sekitar 85 juta pekerjaan yang digantikan oleh mesin dan 97 juta pekerjaan baru akan muncul dengan sistem kerja lebih fleksibel. Jadi kepada para pemuda agar mulai merumuskan panggilan sosial yang akan dilakoni.” Demikian Ari Dwipayana.(**)

syarif: