Bioskop TransTV: Revolusi 2011 dan Jatuhnya Kaisar Terakhir Tiongkok

Poster film  The 1911 Revolution (2011) yang disutradarai dan diperankan Jackie Chan.//Foto: Wikipedia

JAKARTA . Pewartasatu.com – Bioskop TransTV malam ini , Minggu (16/4) mempersembahkan film istimewa berupa film sejarah revolusi Cina. Film The 1911 Revolution atau juga dikenal sebagai Xinhai Revolution adalah sebuah film drama-sejarah Hong Kong dan Republik Rakyat Tiongkok.

Dirilis pada 26 September 2011 sebagai kontribusi ulang tahun ke-100 di Revolusi Xinhai, juga sebagai film ke-100 Jackie Chan dalam kariernya.

Selain sebagai sutradara dan produser eksekutif, Jackie Chan juga berperan dalam film ini bersama beberapa aktor lainnya seperti Jaycee Chan, Li Bingbing, Winston Chao dan Joan Chen.

Berikut sinopsis Film 1911 Revolution dan jadwal acara TransTV sepanjang hari hingga malam;

Jadwal acara TransTV Minggu 16 April 2023;

01:45 WIB Blockbuster Sahur Movie: Master Z The IP Man Legacy

04:15 WIB Islam Itu Indah

06:00 WIB Insert Pagi

07:15 WIB Good Morning Weekend

08:30 WIB Dokter Traveler

09:00 WIB Home Sweet Home

09:30 WIB Celebrity On Vacation

10:00 WIB Masak Masak

10:30 WIB Rindu

11:00 WIB I-Pedia

11:30 WIB Insert Siang

12:45 WIB My Trip My Adventure

13:30 WIB Kuali Barbar

14:00 WIB Cerita Di Balik Hijab

14:30 WIB Indonesia Punya Cerita

15:00 WIB Insert Investigasi

16:00 WIB CNN News Update

16:30 WIB Ramadan Itu Berkah

19:00 WIB Bikin Laper

20:00 WIB Insert Story

20:45 WIB Dunia Punya Cerita

21:15 WIB Tanpa Batas

21:45 WIB Bioskop Trans TV: 1911 Revolution

23:45 WIB Sahur Bareng CNN Indonesia.–

Disclaimer: Jadwl acara sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kebijakan pengelola televisi.-

Kaisar Terakhir dan Ibu Suri yang Kejam

Film 1911 Revolution selain Jacki Chan, juga Zhangli ikut menyutradarai. Untuk daratan Tiongkok sendiri film ini dirilis 23 September 2011 dan di Hong Kong 29 September. Film itu juga dibuka pada Festival Film Internasional Tokyo ke-24 pada bulan Oktober nanti.

Film 1911 menerima ulasan negatif terutama dari kritikus film Barat, yang mengkritik penggambaran propaganda revolusi yang tidak menarik tetapi memuji sinematografinya.

Pada awal abad ke-20, China dalam keadaan krisis. Negara ini dibagi menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, warga kelaparan, dan reformasi politik belakangan ini telah membuat situasi semakin buruk.

Dinasti Qing yang berkuasa, dipimpin oleh seorang kaisar berusia tujuh tahun, dan ibunya yang kejam, Permaisuri Longyu benar-benar tidak tergoyahkan setelah 250 tahun kepemimpinan Dinasti tersebut.

Warga mulai membuka pemberontakan, tentara Dinasti Qing telah membentuk tentara modern yang kuat untuk menghentikan pemberontakan apapun. Namun persediaan senjata membutuhkan biaya besar dan mahal. Karenanya, pemimpin Qing memperdagangkan apa saja dengan negara-negara asing… termasuk menjual masa depan China.

Huang Xing baru saja kembali dari Jepang, di mana ia telah mempelajari seni perang modern. Ketika ia menemukan negaranya hancur, ia merasa tidak memiliki pilihan selain mencabut pedang, memimpin serangkaian kekerasan pemberontakan yang semakin putus asa terhadap Dinasti Qing serta New Army – dengan konsekuensi yang tragis.

Ceritanya mengikuti peristiwa penting Revolusi 1911 , dengan fokus pada Huang Xing dan Sun Yat-sen . Itu dimulai dengan Pemberontakan Wuchang tahun 1911 dan mengikuti peristiwa bersejarah seperti Pemberontakan Guangzhou Kedua pada 27 April 1911.

Juga peristiwa kematian 72 martir , pemilihan Sun Yat-sen sebagai presiden sementara Republik Sementara Tiongkok yang baru , pelepasan kaisar dinasti Qing terakhir Puyi pada 12 Februari 1912, dan Yuan Shikai menjadi presiden sementara baru di Beijing pada 10 Maret 1912.

Dari: Berbagai sumber

 

ramly amin: