Film Baru, Dear Jo: Tak Cukup Sekadar Seorang Ibu Pengganti

Sebuah film baru produksi 2023, Dear Jo (Almost Is Never Enough), sutradara Monty Tiwa//Foto: IMDb

JAKARTA. Pewartasatu. com – Azerbaijan (dieja Azerbaidzhan) sebuh negeri yang memiliki keindahan tersendiri.Dalam arti bagi warga Indonesia yang sudah terbiasa ke Eropa, Amerika, bahkan Cina atau Korea dan Jepang,tentu akan merasakan sensasi tersendiri apabila mendatangi negeri ini.

Republik Azerbaijan, sebuah negara yang terkurung daratan di Transkaukasia timur. Berbatasan dengan sisi selatan Pegunungan Kaukasus, tepatnya di persimpangan antara benua Eropa dan Asia Barat Daya. Sebelah utara berbatasan dengan Rusia, di timur dengan Laut Kaspia, di selatan dengan Iran, di barat dengan Armenia, dan di barat laut dengan Georgia.

Cerita soal Azerbaijan adalah cerita soal sensasi tersendiri, baik alam dan pemandangannya, maupun penduduknya. Di negeri yang dijuluki ‘Negara Api” inilah sutradara Monty Tiwa menumpahkan segala obsesnya dalam menggarap film Dear Jo (Almost Is Never Enough).

Seperti yang diungkapkannya melalui konferensi pers di Jakarta Selatan, awal Juli lalu, “Saya enggak main-main juga bikin karya ini.”

Film Dear Jo (Almost Is Never Enough), memiliki cerita dan tema yang menarik, menyangkut praktik surrogate mother. Bukan itu saja, cerita dijalin sedemikian rupa. Sepasang suami istri muda yang punya sahabat, seorang wanita muda juga.

Ketika si istri tidak bisa hamil, sang sahabatlah yang menjadi andalan. Kisah berlarut dan menjadi runyam –dan di sinilah inti cerita film ini — sang istri meninggal, cerita berkembang, menggedor emosi dan menguras air mata.

Selain alasan masalah perizinan untuk melangsungkan syuting yang dianggap lebih mudh di Azerbaijan, sutradara Monty Tiwa juga mengungkapkan alasannya memilih Azerbaijan sebagai lokasi syuting film Dear Jo (Almost Is Never Enough).

Tema film ini cukup sensitif karena berhubungan dengan surrogate mother atau ibu pengganti. Nah Azerbaijan merupakan salah satu negara yang melegalkannya sehingga ceritanya akan aman jika dibahas di sana.

Memang ada sejumlah neggeri lain yang melegalkan praktik ibu pengganti seperti Turki, Rusia dan beberapa negara bagian di AS. Tapi pilihan tetap jatuh ke Azerbaijan.

Film ini ditulis Monty Tiwa, Nataya Bagya, dan Sefryana Khairil, diadaptasi dari novel ‘Almost is Never Enough (AINE)’ karya Sefryana Khairil.

Film drama roman karya terbaru MVP Pictures ini, jika tak ada aral melintang, tayang hari ini,Kamis (10/8) sebagaimana dijadwalkan di seluruh bioskop se-Indonesia.

Film ini bibintangi mereka yang tergolong muda, Jourdy Pranata (sebagai Joshua) Salshabilla Adriani (sebagai Maura) Anggika Bolsterli (sebagai Ella). Kemudian Roy Sungkono, Widyawati, Mathias Muchus, dan Azkya Mahira.

Kisahnya diawali dengan kehidupan rumah tangga pasangan muda di Azerbaijan, Joshua (Jourdy Pranata) dan Maura (Shalsabilla Andriani). Mereka menikah dan bekerja di Baku, Azerbaijan.

Meski sukses secara finansial, Josua dan Maura merasa hampa karena Maura tidak bisa hamil. Apa yang harus dilakukan?

Menghadapi keadaan rumah tangga baru yang sepi dari tangisan bayi, terkadang seseorang, terutama sang lelaki sering digoda pikiran- pikiran “nyeleneh” :mencari pasangan baru, sebagai pengganti atau pun memanfaatkan peluang poligami yang memang disahkan dalam agama. Tetapi tidak demikian dengan Jo.

Maura punya teman bernama Ella, seorang single parent asal Indonesia yang juga tinggal dan bekerja di Baku. Sebuah ide menarik pun muncul di benak keduanya: bagaimana kalau mereka mencari seseorang yang bisa dijadikan surrogate mother alias ibu pengganti?

Sekelebat bayangan Ella pun muncul di benak Maura. Dhilala…. Ella mengetahui keinginan Maura untuk memiliki anak, bisakah Ella memahami keinginan Maura ini dan bisakah Jo menerimanya?

Tanpa banyak hambatan, mereka akhirnya sepakat. Jo bisa menyetujui keinginan Maura untuk menjadikan Ella sebagai surrogate mother untuk calon anak mereka, dan Ella pun hamil.

Manusia berencaa, tapi yang selalu memutuskan adalah Tuhan. Tak ada yang memperkirakan, Maura yang begitu sehat-wal afiat harus meninggalkan Jo seorang diri. Ia meninggal karena kecelakaan tragis, membuat Joshua termasuk Ella merasa merasa sangat terpukul, hancur dan hidup mereka berantakan.

Setelah kematian Maura yang tragis, kehidupan Ella dan Joshua melewati kesedihan berkepanjangan. Hubungan Josua dan Ella sebagai calon ibu anaknya menjadi berjalan pelik.

Dalam hari-harinya, Jo hancur, bahkan memunculkan problema yang tak terduga. Apakah Jo masih menginginkan kelahiran anak Maura yang dikandung Ella? Bagaimana perasaan Ella sebagai wanita biasa yang juga punya perasaan terhadap pandangan dan perlakuan Jo kepadanya?

Saksikan malam ini di bioskop-bioskop sekitar Anda.**

 

 

Brilliansyah: