Panglima TNI Jenderal TNI Andhika Perkasa. (Foto : Ist)
JAKARTA, Pewartasatu.com — Panglima TNI, Jend. TNI Andhika Perkasa mengatakan tindakan Komandan Posramil Gome, Kabupaten Puncak, Papua, jelas-jelas melanggar ketentuan dalam tubuh TNI.
Bahkan Panglima TNI dibohongi oleh Komandan Pos Ramil Gome untuk menutupi kesalahan yang diperbuat.
Akibat keteledoran itu, jatuh korban tiga anggota TNI dalam serangan yang dilancarkan oleh KKB pada 27 Januari lalu.
Jenderal Andika menuturkan Danposramil berbohong jika saat itu dirinya sedang melakukan patroli ke sejumlah titik. Padahal, sebenarnya mereka tengah melakukan operasi pengamanan ke proyek galian pasir.
“Jadi misalnya dikatakan dia mengeluarkan pengaman pos itu, patroli, ke titik ini, ke titik A, ternyata yang dilakukan itu ke proyek galian pasir,” kata Andika.
Sebagaimana dilansir okezone.com, Jenderal Andika mempertanyakan untuk apa aparat TNI berada di lokasi proyek. Tindakan itulah yang coba ditutupi oleh Danpos Gome agar tidak diketahui oleh Komando Atas.
Dia menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Danpos tersebut amatlah salah. Sebab, saat melakukan patroli ke galian pasir, tidak ada izin yang dikeluarkan.
Selanjutnya, Andika menyayangkan tindakan yang dilakukan tanpa adanya pertimbangan jeli. Hal itu dikarenakan, lokasi itu merupakan wilayah yang rawan.
“Salah, karena enggak ada izin. Dilakukan tanpa pertimbangan taktis. Ingat ini kan bukan daerah lain, ini daerah yang memang keamanannya juga agak lebih tidak biasa,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Andika mengatakan pelanggaran komandan pos berat karena memikirkan hanya soal mendapat uang tambahan.
Padahal, mestinya yang dipikrkan bagaimana menjaga kondisi personel yang ada di wilayah rawan konflik.
“Kita di sini semua memikirkan dukungan dan melindungi anggota, di sana hanya begini-begini saja rupanya. Maksudnya pertimbangan pendek sekali, hanya soal dapat uang tambahan pengamanan dikorbankan semuanya,” ujar Andika dalam akun kanal YouTube-nya. (jimas)